WahanaNews.co | Pengeroyokan pada Ade Armando turut menjadi fokus pemberitaan media asing.
Bahkan salah satu media menggambarkan bagaimana kondisi sang dosen usai dirinya dikeroyok secara brutal.
Baca Juga:
Mahfud MD: Pemerintah Sesalkan Penganiayaan Brutal Ade Armando
Tak hanya Ade Armando yang menjadi korban.
Beberapa polisi yang berusaha menyelamatkan Ade juga menjadi sasaran kemarahan orang-orang yang bertanggungjawab.
Jadilah beberapa polisi turut mengalami cedera pada kejadian tersebut.
Baca Juga:
6 Pengeroyok Ade Armando Bukan Mahasiswa, Ini Statusnya
Dalam artikel itu, disebutkan bahwa wartawan AFP di tempat kejadian menyaksikan polisi kemudian menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Terkait hal ini, AFP mendapat konfirmasi dari Kapolda Metro Jaya, Fadil Imran.
Kapolda Metro Jaya, Fadil Imran, mengatakan, taktik itu digunakan setelah sekelompok pengunjuk rasa menyerang Ade Armando, seorang akademisi yang secara luas dianggap pro-Joko Widodo.
Kata Polisi, Armando menderita luka di kepalanya setelah diinjak-injak oleh pengunjuk rasa yang marah.
Sebuah video yang belum diverifikasi AFP, menunjukkan Armando berdarah, wajahnya bengkak parah, saat petugas polisi menariknya pergi.
Imran mengatakan, enam petugas Polisi juga diserang dan terluka saat mencoba mengevakuasi Ade Armando.
"Kami berjanji akan menindak tegas siapa saja yang melanggar hukum dan merupakan dalang dari kejadian ini," kata Kapolda, seraya menambahkan total 80 pengunjuk rasa ditahan.
Berita Sejumlah Media Asing
Sejumlah media asing turut memberitakan aksi demonstrasi yang terjadi di depan Gedung DPR/MPR Republik Indonesia (RI) pada Senin (11/4/2022).
Salah satunya, yakni Agence France-Presse (AFP), sebuah kantor berita internasional yang berkantor pusat di Paris, Prancis.
Pada Senin (11/4/2022) malam, AFP menerbitkan artikel berjudul Indonesia Police Fire Tear Gas, Water Cannon at Protesters.
Dalam artikel tersebut, AFP menyoroti aksi polisi Indonesia yang mengerahkan gas air mata dan meriam air terhadap ribuan mahasiswa yang berdemo menentang perpanjangan batas masa jabatan presiden, setelah desas-desus beredar selama berminggu-minggu tentang potensi perubahan konstitusi negara.
AFP memberikan gambaran bahwa Pemilu di Indonesia berikutnya telah dijadwalkan akan diadakan pada 2024, dan Presiden Joko Widodo alias Jokowi tidak akan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri karena Indonesia memberlakukan batasan dua masa jabatan pada presidennya.
Tetapi, para menteri senior dan beberapa partai politik pada bulan lalu disebut telah menyarankan pemilihan harus ditunda dan konstitusi diamandemen untuk memungkinkan presiden menjabat lebih dari dua periode.
Dilaporkan AFP, terlihat sekitar 2.000 mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR untuk berdemonstrasi.
Indonesia dikatakan telah menyaksikan demonstrasi serupa tumbuh di seluruh negeri dalam seminggu terakhir.
"Kami menuntut DPR tidak mengkhianati konstitusi dengan melakukan amandemen dan kami dengan tegas menolak penundaan Pemilu 2024," tulis AFP, mengutip pernyataan Koordinator demo, Luthfi Yufrizal.
AFP melaporkan perdebatan tentang penundaan pemilihan dan perpanjangan masa jabatan presiden telah memanas sejak Maret, meskipun Presiden Jokowi sendiri menegur saran itu beberapa kali.
Pada Minggu, Presiden Jokowi mengulangi bahwa itu adalah spekulasi.
"Jadwal Pilpres dan Pilkada 2024 sudah disepakati. Semuanya sudah jelas," kata Jokowi dalam cuitannya.
"Jangan terprovokasi oleh kepentingan politik yang tidak penting," tambah Presiden.
Media asing Reuters juga memberitakan aksi demonstrasi yang dilaksanakan di depan Gedung DPR/MPR RI.
Pada Senin (11/4/2022) malam, salah satu kantor berita terbesar di dunia yang berkantor pusat di London, Inggris, tersebut menerbitkan artikel berjudul Indonesia Police Fire Tear Gas to Disperse Protest at Parliament.
Reuters juga menyoroti sikap polisi Indonesia yang menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ratusan mahasiswa yang memprotes harga minyak goreng yang tinggi dan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi yang diperdebatkan.
Disebutkan bahwa demonstrasi itu adalah salah satu dari beberapa demonstrasi yang terjadi bersamaan di seluruh Indonesia pada Senin, termasuk di Sulawesi Selatan, Jawa Barat (Jabar), dan Jakarta.
Reuters pun mencantumkan pernyataan Kapolda Metro Jaya Fadil Imran terkait demonstrasi.
Fadil Imran mengatakan pada konferensi pers bahwa seorang dosen universitas yang berpartisipasi dalam demonstrasi menderita luka "berat" setelah kelompok "non-mahasiswa" memukul dan menginjaknya.
Dia tidak mengatakan mengapa kelompok itu menargetkan sang dosen. [gun]