WahanaNews.co | Pakar paham radikal, Amir Mahmud, menyebut, fenomena
organisasi masyarakat (ormas) yang cenderung radikal hingga saat ini masih ada di tengah-tengah masyarakat.
Dia menjelaskan, wawasan kebangsaan agar berperilaku peduli dan toleransi harus
berjalan beriringan dengan wawasan keagamaan untuk menghilangkan paham radikal.
Baca Juga:
Wali Kota Depok Idris kepada Paskibraka 2024: Komitmen, Integritas, Loyalitas, Dedikasi, dan Toleransi
Amir Mahmud, saat
berbincang dengan wartawan, baru-baru ini, memaparkan, wawasan
keagamaan tanpa diiringi wawasan kebangsaan secara komprehensif berpotensi
menimbulkan intoleransi.
Ia menyebut, banyak
tokoh keagamaan yang sangat mudah mengucapkan perkataan bernada ujaran kebencian. Tak jarang hal itu memicu munculnya perilaku radikal.
Menurutnya, paham radikalisme dengan
terorisme merupakan hal berbeda.
Baca Juga:
Kubu Raya Raih Opini WTP dari BPK Kalbar untuk Kesepuluh Kali Berturut-turut
Terorisme menjadikan kekerasan sebagai
tujuan, sedangkan radikalisme menjadikan kekerasan sebagai jalan.
"Ada klasifikasi radikalisme, yakni lisan, fisik, dan radikalisme ekstrem. Radikal lisan
seringkali lewat ujaran kebencian kepada orang yang bukan kelompoknya. Lalu,
jika lewat lisan tidak ada perubahan, pelaku radikal akan menggunakan aksi
kekerasan. Kemudian radikalisme ekstrem, yakni
keinginan mengubah tatanan nilai suatu bangsa," papar Direktur Lembaga
Amir Mahmud Center itu.
Menurutnya, dalam beberapa waktu
terakhir, kondisi Indonesia belum stabil menyusul aksi baku tembak
kepolisian dengan anggota organisasi masyarakat di Cikampek.
Lebih lanjut, Amir menjelaskan, seluruh komponen anak bangsa harus sadar mewujudkan rasa
persatuan dan kesatuan.
Jika perbedaan agama, ras, dan suku
masih terus dibeda-bedakan, kondisi Indonesia bakal jauh dari
stabil.
Rakyat Merugi
Ia mencontohkan negara di Timur Tengah
yang hancur oleh kelompok-kelompok yang terus bergerak melawan pemerintah.
Hasilnya, rakyatlah yang justru merugi dengan peristiwa itu.
"Membangun anak bangsa dengan wawasan
religius menuntut tanggung jawab setiap stakeholders. Bukan hanya pemerintah dan aparatur keamanan, tapi seluruh
masyarakat," imbuh Amir.
Amir menyebut, paham
radikal dapat dipatahkan perilaku aksinya, meskipun
pemikiran radikal di kepala masih ada.
Ia mencontohkan, hasil dialognya dengan eks napi terbukti banyak berhasil.
Menurut Amir Mahmud, silaturahmi dapat
dijadikan cara untuk menghilangkan aksi radikal dari tingkat bawah. [dhn]