Konsep pertahanan keamanan nasional menurut Chappy, idealnya harus disosialisasikan agar semua orang menyadari apa tugasnya bila terjadi perang.
"Apakah di komponen utama, cadangan atau pendukung. Buku Putih Pertahanan pada 2015 sayangnya belum diuraikan dan belum juga diimplementasikan." Imbuhnya.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
Masa depan pertahanan juga telah memasuki cyber world, yang menjadi domain kelima setelah Daratan, Perairan, Udara dan angkasa luar, Space Force dan Cyber Force.
Narasumber lainnya, Prof Dr Imron Cotan menjelaskan bahwa ancaman terhadap pertahanan dan keamanan, kedaulatan negara dari perspektif Cyber War yang merupakan matra baru dari matra konvensional darat, laut, udara selama ini.
Imron menegaskan bahwa USA dan China justru memiliki agenda yang sama terhadap Indonesia, yakni bagaimana menciptakan masyarakat yang sekuler dan liberal.
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
"Karena mereka takut Indonesia akan menjadi Negara fundamentalis dengan penduduk yang 88 % beragama Islam. Hal ini yang jarang disorot oleh para pakar kita."
Oleh karena itu lanjut Imron, USA mencoba membangun pranata-pranata yang mendukung agenda Liberalisasi dan sekularisasi itu.
"Hal itu berhasil di Jepang dan Korea Selatan, bahkan pajak tertinggi di Jepang berasal dari industri pornografi dan judi. Kalau Indonesia tidak hati-hati, maka akan terjerumus hal seperti di Jepang." Ujarnya.