WAHANANEWS.CO, Jakarta - MARTABAT Prabowo-Gibran memberikan apresiasi kuat atas langkah progresif Pemerintah Kabupaten Trenggalek dalam membangun fasilitas pengolahan sampah modern yang mampu menghasilkan listrik dan produk turunan lainnya.
Organisasi relawan nasional pendukung pemerintahan Prabowo–Gibran itu menilai bahwa semakin banyak daerah yang mulai menerapkan model industri pengolahan sampah berbasis energi terbarukan, semakin besar peluang Indonesia mempercepat transformasi lingkungan dan energi hijau.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Langkah Pemerintah Belajar ke India, Minta Implementasi Teknologi PLTS Murah Tak Sekadar Wacana
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyebut langkah Pemda Trenggalek ini sebagai bentuk terobosan yang jarang dimiliki daerah lain.
Menurutnya, investasi sebesar Rp 1,9 triliun untuk industri pengolahan sampah modern di Desa Ngentrong, Kecamatan Karangan, adalah bukti bahwa pemerintah daerah mampu menjadi motor inovasi nasional.
“Ini keputusan strategis yang berani. Ketika sampah tidak lagi sekadar menjadi beban, tetapi menjadi sumber energi listrik hingga 15 Megawatt, maka kita sedang memasuki paradigma baru pengelolaan lingkungan,” ujar Tohom.
Baca Juga:
Indonesia Menuju Green Energi, ALPERKLINAS Minta Pemerintah Longgarkan Kuota Pemasangan PLTS
Ia menjelaskan bahwa kerja sama jangka panjang selama 30 tahun antara Pemda Trenggalek dan PT Concentric Industries Indonesia adalah fondasi kuat untuk membangun ekosistem energi terbarukan berbasis regional.
Proyek ini juga dinilai Tohom akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan, karena mengolah sampah rumah tangga, limbah domestik, hingga sisa panen tanpa menghasilkan limbah cair.
“Teknologi tanpa limbah ini adalah game changer. Daerah lain perlu mencontohnya,” tegasnya, Sabtu (15//11/2025).
Tohom menyoroti bahwa manfaat proyek tidak hanya pada penyediaan listrik, tetapi juga pada penciptaan lapangan kerja lokal, peningkatan pendapatan daerah, serta potensi ekonomi besar dari produk turunan seperti pupuk organik, air bersih, dan komoditas agritech seperti aquaponik dan hidroponik.
“Ini adalah pembangunan kawasan industri terpadu yang secara langsung meningkatkan ekonomi rakyat,” katanya.
Tohom yang juga Pengamat Energi dan Lingkungan ini menegaskan bahwa model pengolahan sampah modern ini akan menjadi tonggak penting bagi transformasi energi nasional.
Ia menyebut Trenggalek berpeluang menjadi daerah rujukan nasional karena teknologinya setara dengan yang digunakan di Amerika dan Eropa.
“Ketika birokrasi daerah mampu melayani dengan cepat, investor hadir, teknologi maju diterapkan, dan masyarakat diberdayakan—itu adalah formula lengkap pembangunan modern,” ungkapnya.
Ia juga mengapresiasi komitmen perusahaan yang melakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat Desa Ngentrong. Baginya, pembangunan berkelanjutan harus melibatkan warga secara utuh.
“Dengan sosialisasi terbuka mengenai dampak, manfaat, dan kompensasi, masyarakat merasa memiliki, bukan sekadar menjadi objek pembangunan,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Tohom mengajak pemerintah pusat dan daerah lain untuk meniru langkah Trenggalek.
“Semakin banyak daerah yang mengadopsi industri pengolahan sampah modern penghasil listrik, semakin cepat Indonesia mencapai kemandirian energi bersih. Trenggalek menjadi bukti bahwa daerah bisa menjadi pionir, bukan sekadar pengikut,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]