Enjang Suhardi (52), petani senior di Jawa Barat mengatakan bahwa selama ini petani hanya bisa panen dua kali setahun, bahkan kadang gagal karena kekeringan.
"Dengan adanya bendungan, kami berharap bisa panen hingga tiga kali setahun tanpa lagi tergantung pada curah hujan," ujarnya.
Baca Juga:
Publik Perlu Pertimbangkan Melaporkan Pembangunan RDF Rorotan dan Penundaan Pembangunan PLTSa (ITF) Sunter ke KPK
Menurut Enjang, tambahan satu kali musim tanam akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani.
"Pendapatan kami diperkirakan naik signifikan, dari sekitar Rp 40 juta per tahun menjadi Rp 60 juta. Artinya, ada kenaikan hampir 50 persen," ungkap pria asal Karawang tersebut.
Lebih dari sekadar peningkatan hasil panen, ia menekankan pentingnya kepastian dalam bertani terutama soal pasukan air khususnya pada musim kemarau.
Baca Juga:
Ada 176 Lebih Tambang Ilegal di Jawa Barat: Dedi Mulyadi Berikan 76 Izin Baru
"Yang paling berharga bagi kami adalah kepastian masa tanam. Tidak ada lagi rasa khawatir gagal panen akibat kekeringan. Dengan air yang terjamin, kami bisa bekerja lebih tenang dan hasilnya lebih terukur," bebernya.
Sementara itu Kepala Desa Karya Mekar, Janji (56), menyaksikan transformasi ekonomi desa dan mengapresiasi kinerja Hutama Karya dalam melaksanakan proyek yang juga memberi dampak nyata bagi masyarakat sekitar.
Proyek Bendungan Cijurey telah menyerap 260 tenaga kerja, dengan 20% diantaranya berasal dari warga sekitar. Selain memberikan pendapatan tambahan, hal ini juga meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal yang akan bermanfaat jangka panjang. Kehadiran bendungan ini diharapkan mampu mereduksi debit banjir di wilayah Jawa Barat. Bendungan Cijurey dibangun dengan nilai kontrak Rp 3,7 triliun untuk 3 paket pekerjaan dan ditargetkan rampung 2028.