WAHANANEWS.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan pemantauan intensif terhadap berbagai peristiwa bencana alam yang terjadi di Tanah Air.
Dalam laporan periode Kamis (16/10/2025) pukul 07.00 WIB hingga Jumat (17/10/2025) pukul 07.00 WIB, tercatat sejumlah bencana melanda beberapa wilayah Indonesia, mulai dari gempa bumi hingga bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan.
Baca Juga:
BNPB Nyatakan Seluruh Jenazah Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ditemukan
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa peristiwa pertama adalah gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,6 yang mengguncang Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua, pada Kamis (16/10/2025).
“Laporan pertama, gempa bumi dengan magnitudo 6,6 mengguncang Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua, pada Kamis (16/10/2025). Pusat gempa berada di darat dengan kedalaman 18 kilometer. Guncangan gempa dirasakan di lima distrik, yakni Sarmi Kota, Sarmi Selatan, Pantai Timur Bagian Barat, Tor Atas, dan Pantai Barat,” kata Abdul Muhari dalam keterangannya, Jumat (17/10/2025).
Hingga pukul 23.00 WIB, BNPB mencatat 19 kepala keluarga terdampak, enam di antaranya mengungsi secara mandiri ke lokasi yang lebih aman.
Baca Juga:
Curah Hujan Tinggi Sebabkan Banjir Meluas, Tiga Wilayah Indonesia Dilaporkan Terdampak
Gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan serius pada 20 rumah, 30 rumah rusak ringan, serta merusak tiga gereja, dua jembatan, dua pasar, dan 13 bangunan lainnya.
Sebagai langkah cepat, BPBD Kabupaten Sarmi bersama instansi terkait langsung menuju lokasi terdampak untuk melakukan penanganan darurat dan memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi.
Selain itu, Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB telah diberangkatkan dini hari menuju wilayah terdampak.
Saat ini tim telah tiba di Jayapura dan bersiap melanjutkan perjalanan ke Sarmi guna mendampingi BPBD setempat dalam pelaksanaan kaji cepat pascagempa dan pendataan kerusakan.
Selain gempa di Papua, bencana banjir juga melanda dua desa di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Hujan deras yang mengguyur wilayah itu sejak Kamis pagi (16/10/2025) membuat sejumlah saluran drainase tidak mampu menampung debit air, sehingga 891 rumah warga di Desa Sampali dan Tembung tergenang.
Menanggapi hal tersebut, BPBD Deli Serdang bersama sejumlah pihak bergerak cepat dengan mendirikan dapur umum, melakukan pemantauan situasi di lapangan, serta membantu warga terdampak.
Saat ini, banjir di Desa Sampali telah surut total, sedangkan Desa Tembung masih terendam air dengan ketinggian 15–20 sentimeter.
Di sisi lain, kabupaten Bima di Provinsi Nusa Tenggara Barat tengah menghadapi kekeringan yang cukup parah.
Sebanyak 245 kepala keluarga atau 1.372 jiwa di Kecamatan Soromandi dan Palibelo mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Untuk mengatasi hal tersebut, BPBD Kabupaten Bima berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dalam pendistribusian 15.000 liter air bersih kepada masyarakat yang terdampak.
Warga juga diimbau agar menghemat penggunaan air mengingat kemarau masih berlangsung dan sumber air semakin terbatas.
Abdul Muhari mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah menghadapi berbagai potensi bencana.
“Apabila terjadi gempa bumi, masyarakat diimbau untuk tidak panik, berlindung di bawah meja, menjauhi kaca atau jendela yang berpotensi pecah, dan segera menuju lokasi terbuka saat situasi memungkinkan. Tetap ikuti petunjuk dari pihak berwenang,” kata dia.
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pencegahan bencana, terutama di daerah rawan banjir dan kekeringan.
“Untuk wilayah rawan banjir, masyarakat perlu rutin membersihkan saluran drainase dan sungai agar air dapat mengalir lancar dan tidak tersumbat. Sedangkan untuk wilayah rawan kekeringan, gunakan air secara bijak, tampung air hujan sebagai cadangan, serta perbanyak area resapan air yang dapat dimanfaatkan saat musim kering,” ujar Abdul Muhari.
BNPB memastikan terus berkoordinasi dengan BPBD di berbagai daerah untuk memastikan kesiapan, pemantauan, dan penanganan cepat setiap kali terjadi bencana, guna meminimalkan risiko korban dan kerugian di tengah cuaca ekstrem yang masih berpotensi melanda beberapa wilayah Indonesia.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]