WahanaNews.co | Jumlah dokter umum dan dokter spesialis masih jauh dari kata ideal. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Indonesia bahkan masih kekurangan sebanyak 150 ribuan dokter umum.
Ditambah lagi, fakultas kedokteran juga tidak merata di setiap provinsi, khususnya luar Jawa. Akibatnya, banyak lulusan dokter yang semula merantau, misalnya dari Papua, tetap melanjutkan praktik di pulau Jawa.
Baca Juga:
RSCM Jakarta Catat Seejarah, Sukses Operasi Pasien Pakai Teknologi Robotik
Kondisi tersebut menyebabkan kebanyakan pasien dengan riwayat penyakit berat seperti jantung hingga stroke tak bisa terlayani langsung di daerah, padahal penanganan penyakit berisiko fatal membutuhkan waktu cepat. Selain karena alat di fasilitas kesehatan tidak memadai, dokter umum dan dokter spesialis juga minim.
"Itu akibatnya pemenuhan dokter di seluruh provinsi susah karena akan sulit. Orang yang misalnya dididik di Bali, harus pergi ke Kalimantan biar bagaimana susah, harusnya alangkah lebih baik kalau dibuka FK di Kalimantan," singgung Menkes Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (24/1/2023).
Menkes menerima sejumlah kritik atas pembukaan fakultas kedokteran (FK) di seluruh provinsi, salah satunya soal kualitas. Beberapa pihak disebutnya meragukan kualitas lulusan dokter di luar Jawa, jika tidak ada pendampingan yang tepat.
Baca Juga:
Kasus Bullying PPDS, Menkes Minta Semua Fakultas Kedokteran Investigasi
"Memang ada isu kualitas, tapi kalau kita berdiskusi ya dengan kualitas kemudian tidak dibuka FK-nya, iya kasihan. Sulawesi Barat kemudian Papua yang tidak punya FK, sama juga dengan jaman Belanda, selalu dibilang Indonesia kualitas-nya jelek jangan dibuka FK di Indonesia, buka di Belanda aja belajar di Belanda," sebutnya.
"Tapi kan dokter-dokter kita fight untuk bisa buka di Indonesia walaupun dengan kualitas yang mungkin kurang dari Belanda," sambung dia.
Menkes meminta perjuangan semacam itu yang juga harus diterapkan dalam mendukung dibukanya FK di seluruh provinsi terutama daerah. Hal ini demi meningkatkan akses layanan masyarakat ke fasilitas kesehatan lebih baik.
Pada akhirnya, Menkes bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk membantu pembukaan FK di beberapa wilayah, utamanya yang terpencil seperti Papua hingga Sulawesi.
"Jangan karena takut fasilitas-nya jelek, Papua Tengah atau Papua Barat nggak boleh buka FK, karena takut kualitas-nya jelek, ya attitude-nya diubah," terang Menkes.
"Lebih baik dibuka di sana, teman-teman dari UI, UGM, Unair datang dong ke sana untuk mendidik teman-teman di Papua Barat Daya atau Papua Tengah supaya FK-nya baik. Kalau tidak dibuka dan teman-teman dipaksa untuk datang ke Bandung, Surabaya, dan Jakarta ya mereka nggak akan pulang untuk jadi dokter di Papua," pungkas dia seperti dilansir dari Detik.
Pemerintah kini tengah menambah kapasitas penerimaan kuota dokter, jumlah dosen, fakultas kedokteran, dan rumah sakit pendidikan untuk menangani minim-nya jumlah nakes. [ast]