WahanaNews.co |
Penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI yang direncanakan
Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto, tidak main-main.
Dengan rencana anggaran mencapai Rp 1,7 kuadriliun,
Kementerian Pertahanan akan melakukan pengadaan untuk lima renstra sekaligus.
Baca Juga:
Mabes TNI Kirim Prajurit Terbaiknya Ikuti Latihan Integrasi Di Australia
Juru Bicara (Jubir) Menhan, Dahnil Anzar
Simanjuntak, menjelaskan, alutsista yang kuat masuk dalam rencana strategis
Prabowo.
"Memiliki alat peralatan pertahanan dan keamanan
yang efektif dan mutakhir," jelasnya, Kamis (3/6/2021).
Keinginan itu didasari adanya berbagai
ancaman. Mulai ancaman aktual, ancaman potensial, sampai ancaman hibrida.
Baca Juga:
Panglima TNI Tinjau Kesiapan Puncak Peringatan HUT Ke-79 TNI di Monas
Selain itu, Kemenhan melihat kondisi alutsista
TNI saat ini sudah perlu dibenahi.
"Dengan juga melihat kondisi alpalhankam (alat
peralatan pertahanan dan keamanan) yang faktualnya memang sudah tua," katanya.
Bahkan, Dahnil menyebutkan, 60 persen dari
total alutsista berusia sangat tua, usang, dan memprihatinkan.
"Dengan demikian, modernisasi alpalhankam
adalah keniscayaan," tegasnya.
Sejak 2007, pemerintah sudah memetakan minimum
essential force (MEF) yang kemudian masuk dalam renstra TNI.
Tujuannya, memastikan TNI terus bertambah
kuat.
Sayang, pemenuhan kebutuhan TNI berdasar renstra
tidak melulu mulus berjalan.
Rencana pengadaan pesawat tempur guna
menggantikan pesawat F-5 Tiger, misalnya, sampai saat ini belum terlaksana.
Ditambah insiden-insiden kecelakaan yang
melibatkan alutsista.
Kondisi tersebut sedikit banyak ikut
memengaruhi capaian pemerintah dalam memenuhi kebutuhan TNI.
Sementara itu, menurut analis utama politik
keamanan LAB 45, Andi Widjajanto, langkah yang dilakukan Prabowo termasuk baru.
"Pertama kalinya ada perencanaan di mana
belanja alutsista dicoba seratus persen dari pinjaman luar negeri," katanya.
Andi bersama timnya berusaha menjawab
pertanyaan terkait dengan anggaran jumbo dalam raperpres alpalhankam.
"Jadi, kami berusaha memaparkan angka Rp 1,7 kuadriliun
itu normal atau tidak untuk perencanaan sampai 2044," bebernya.
Total, ada tiga permodelan. Itu berdasar
kajian yang dilakukan LAB 45.
"Dari tiga model itu, kemudian kami
menyimpulkan pada dasarnya yang diajukan Rp 1,7 kuadriliun itu sangat normal
untuk 2044," jelasnya.
Andi berani menyatakan itu lantaran satu dari
tiga permodelan yang ditemukan timnya mendapati angka Rp 1,7 kuadriliun untuk
pemenuhan alutsista sampai 2044.
"Ketemu juga bahwa Rp 1,7 kuadriliun itu
normal banget. Pertumbuhan ekonominya 5 persen, anggaran pertahanannya 1
persen dari PDB, lalu belanja alutsistanya 27 persen (dari anggaran
pertahanan), pinjaman luar negerinya 30 persen. Ketemu Rp 1,7 kuadriliun itu,"
jelasnya.
Namun demikian, Andi mengingatkan bahwa
Kemenhan tetap harus cermat mengukur beban utang yang akan muncul.
Itu sangat penting mengingat pinjaman luar
negeri yang muncul dalam raperpres sangat besar.
Terkait dengan renstra dan MEF, dia
menyebutkan, sejak awal yang dirancang pemerintah adalah mendorong seluruh
matra TNI saling terintegrasi dengan kekuatan yang memadai.
Upaya memperkuat TNI yang terus dilakukan
pemerintah turut berpengaruh terhadap peringkat kekuatan militer Indonesia.
Berdasar data dari laman resmi global fire
power, tahun ini Indonesia berada di peringkat ke-16 dari total 140 negara.
Posisi itu ditempati Indonesia dengan skor
0,2684.
Di Asia, Indonesia hanya kalah posisi oleh
Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Pakistan. [qnt]