WahanaNews.co | Penutupan rangkaian World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, delegasi dan peserta diajak berwisata atau field trip ke tiga tempat yaitu Museum Subak, Danau Batur, dan Desa Wisata Jatiluwih.
Ketiga tempat itu menggambarkan bagaimana masyarakat Bali memperlakukan dan mengelola air dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga:
Momen WWF 2024, PLN Lancarkan Mobilisasi 670 Unit Kendaraan Listrik
Museum Mandala Manthika (dulu bernama Museum Subak) di Kabupaten Tabanan, Bali pada Sabtu (25/5/2024) misalnya, delegasi diperkenalkan dengan koleksi peralatan pertanian tradisional hingga modern berikut sejarahnya, tertata rapi sehingga bisa memberikan pengetahuan bagaimana tata kelolanya yang terus mengikuti perkembangan zaman tanpa mengganggu alam.
Salah seorang peserta field trip dari Global Water Partnership Swedia Yumiko Yasuda mengaku sangat terinspirasi dengan sistem irigasi Subak di Bali.
"Saya ingin mempelajari lebih jauh bagaimana masyarakat Bali melakukannya, apalagi ini terkait dengan budaya dan agama," ucapnya.
Baca Juga:
Momen WWF 2024, PLN Lancarkan Mobilisasi 670 Unit Kendaraan Listrik
Dikelola oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan, Mandala Manthika merupakan museum khusus tipe A yang dipelopori dan digagas oleh Gubernur Bali periode 1978-1988 Dr. Ida Bagus Mantra. Setelah diresmikan pada tahun 1991, museum ini direstorasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2023 dan selesai pada 2024, menjelang perhelatan World Water Forum ke-10.
Ni Nyoman Mirahwati, pemandu Mandala Manthika menyampaikan, museum ini menyimpan berbagai koleksi alat pertanian dari berbagai sejarah peradaban manusia yang dibagi menjadi tiga seksi.
Seksi pertama, menyimpan berbagai artefak yang berhubungan dengan sejarah dan perkembangan irigasi negara China, Jepang, dan Korea.