WahanaNews.co | Detasemen Khusus atau Densus 88 Anti Teror Mabes Polri melakukan kegiatan evaluasi program pertanian binaan Densus 88 di Balai Pelatihan Pertanian.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya deradikalisasi para warga binaan napiter sekaligus berperan dalam memperkuat sektor pertanian Indonesia.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Deradikalisasi napiter ini melalui berbagai kegiatan dan pelatihan bersama warga binaan yang ada di sejumlah daerah.
Salah satunya kegiatan olah tanam di Kampung Sriwijaya Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Direktur Identifikasi Sosial Densus 88 Mabes Polri, Brigjen Arif Makhfudiharto mengungkapkan bahwa pelatihan ini untuk membantu dan membimbing warga binaan agar bisa mandiri juga sebagai contoh kepada yang lainnya.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Brigjen Arif mengatakan harapannya adanya bantuan dari Kementerian Pertanian terkait traktor dan combine harvester.
Polri mengajak Kementan untuk bergotong royong serta membangun sinergitas dengan dirjen lainnya dari Kementerian Pertanian, sebagai bagian dari komitmen bersama Polri dan Kementan.
Hal ini ditegaskan kembali Brigjen Arif saat mengikuti syukuran dan evaluasi hasil pelatihan pertanian warga binaan Densus 88 AT Polri di Lampung Tengah, Rabu, 24 April 2024.
Arif mengatakan, pelatihan ini diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia yang memiliki kecukupan pangan terhadap berbagai krisis multidimensi.
Baginya, pertanian adalah sektor penting terutama dalam menunjang berbagai pembangunan nasional.
"Kegiatan ini juga menjadi momentum tepat untuk kita mempererat tali silaturahmi dan memupuk kebersamaan terlebih agar kita bisa membantu dan membimbing warga binaan bersama-sama," katanya.
Tim Idensos Satuan Tugas Wilayah Lampung, Kompol Sumarna menyampaikan terimakasih atas perhatian dan bantuan semua pihak, terutama jajaran Kementerian Pertanian yang berkomitmen mendukung program deradikalisasi pada warga binaan Densus 88 Mabes Polri.
Sumarno mengatakan di Lampung Polri memiliki 358 orang warga binaan mantan jaringan kelompok teror yang sudah islah (sudah meninggalkan paham radikalisme), selain eks narapidana.
Dirinya berharap warga binaan yang telah berhasil saat ini untuk bisa mengajak bergabung warga binaan lainnya yang masih memiliki paham radikal untuk belajar bertani demi kesejahteraan keluarga masing-masing.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan analisa Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah menunjukkan bahwa hasil panen padi binaan Densus 88 mencapai 5 hingga 6 Ton per hektare.
Selanjutnya hasil panen akan dikoordinasikan dengan Bulog setempat untuk dilakukan penyerapan. Kelanjutan program ini juga akan diperluas areal wilayah serta komoditas garapannya, yaitu singkong, jagung dan sapi.
Martin Sudarmawan mewakili warga binaan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mereka belajar bertani.
Martin dan kawan kawan sudah mulai merasakan kenyamanan mengikuti program pelatihan pertanian ini, meskipun sebelumnya sempat mengundurkan diri karena harus memikirkan keluarga yang ditinggalkan.
“Kami berharap kiranya bisa menambah area pertanian yang digarap. Terima kasih atas pendampingan dan bimbingan pemerintah,” kata Martin.
Beberapa waktu Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan dirinya memiliki komitmen terhadap narapidana teroris agar diberi pelatihan pertanian sebagai ilmu dan juga bekal masa depan.
Komitmen Mentan ditegaskan saat kembali menjadi Menteri, dimana adanya kerja sama dengan Mabes Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Ini kita memberikan solusi permanen untuk saudara-saudara kita mantan Napiter, ini jumlahnya kecil, penduduk kita kan lebih dari 200 juta, kita mencari lahan yang cocok, lahan itu cocok untuk apa, untuk Peternakan atau Hortikultura ataupun Tanaman Pangan, kita kan ada program insentive El Nino, kita kolaborasikan dengan mereka," kata Mentan.
Menurutnya, panen yang nantinya dihasilkan oleh mantan napi terorisme tidak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau dalam skala kecil, namun juga didorong menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional.
"Jangan biarkan saudara kita berjalan sendiri, kita ciptakan lapangan kerja untuk mereka, agar mereka produktif, berpendapatan lebih dan mampu membiayai keluarganya dengan baik," tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]