Karya ini menjadi pengingat, semua profesi yang dijalankan dengan kebaikan dan bermanfaat untuk sesama, seluruhnya adalah emas. Lebih lanjut, karya ini diciptakan dari pemanfaatan benda-benda temuan yang memiliki massa, kekuatan, dan ketebalan tertentu, kemudian di alih fungsikan dengan menggunakan teknik potong sambung konstruksi.
Pada kategori karya seni dua dimensi, seniman Deddy Iskandar mengangkat karya "Perangkap Bubu". Karya ini dilatarbelakangi oleh penggunaan plastik sebagai bahan yang praktis, murah, relatif kuat, dan memudahkan kehidupan. Namun di sisi lain, masyarakat tidak peduli dengan lingkungan dan kerap membuang sampah plastik di sungai, selokan, dan sebagainya.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Akibatnya plastik yang tidak mudah terurai, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kotor, kumuh, dan tidak sehat, yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Proses pembuatan karya yang dilakukan dengan menggunakan sampah plastik yang didapat langsung dari sungai, membuat karya tersebut menjadi begitu hidup dengan memanfaatkan limbah yang langsung ditemui di tepian sungai.
Leader World Clean-up Day Indonesia, Andy Bahari atau akrab disapa Abe, mengapresiasi seluruh karya seni yang diikutsertakan dalam sayembara. Upaya para peserta dalam mengubah sampah menjadi karya seni merupakan bukti nyata kepedulian terhadap lingkungan dan kecintaan terhadap seni.
Baca Juga:
Setyo Budiyanto Terpilih sebagai Ketua KPK: OTT Tetap Senjata Utama
"Kami sangat terinspirasi oleh antusiasme dan kreativitas para peserta yang telah menuangkan ide-idenya dalam karya seni yang indah dan penuh makna," ujar Abe.
Abe berharap dengan berakhirnya kegiatan Sayembara Apresiasi Seni dalam rangka menyambut kegiatan World Water Forum 2024, dapat memberi perspektif baru untuk mempromosikan kepedulian terhadap lingkungan dan memperkuat pesan penting tentang daur ulang dan penggunaan material yang ramah lingkungan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]