Ia menilai istilah seperti “defisit” terdengar menyeramkan dan “surplus” seakan membawa kabar baik, meski masyarakat tak tahu manfaatnya untuk mereka.
Kini, kata Bambang, kehadiran Purbaya meruntuhkan batasan elitisme ekonomi tersebut. Istilah “kebocoran” yang digunakan Purbaya dinilai memantik kesadaran masyarakat terhadap aliran anggaran publik.
Baca Juga:
Perekonomian Nasional Kuat, Pemerintah Siapkan Lanjutan Program Unggulan 2026
Menurutnya, masyarakat mulai bertanya kenapa anggaran tak sampai ke rakyat kecil. Ia menilai pernyataan Purbaya membuat publik lebih kritis terhadap pengelolaan uang negara.
Dalam unggahan itu, Bambang juga mengutip analogi Purbaya soal dana daerah yang disimpan di deposito. Purbaya menyebut kondisi itu ibarat mobil dinas yang diparkir tanpa kunci dan memungkinkan siapa saja memanfaatkannya.
Bambang menilai persoalan bangsa bukan soal kurang uang. Namun soal kurang keberanian menjaga transparansi dan memastikan uang negara bekerja untuk rakyat.
Baca Juga:
Bahlil Sebut Hilirisasi Harus Berkeadilan, Sesuai Sila ke-5 Pancasila
"Ekonomi bukan hanya soal APBN, tetapi cermin moral bangsa," tulis Bamsoet mengutip Purbaya. Ia menambahkan bahwa integritas lebih penting daripada sekadar menambah anggaran.
Bambang menutup tulisannya dengan menyebut Purbaya "bukan sedang membakar, tapi menyalakan." Menurutnya, Purbaya menggugah kesadaran publik untuk lebih kritis terhadap pengelolaan ekonomi negara.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.