"Selain menghemat biaya, hal itu juga baik bagi kesehatan," kata Budi.
Budi menyebut adaptasi merupakan pilihan terbaik saat menghadapi faktor eksternal harga BBM.
Baca Juga:
Harga Pertamax di Solo Naik, Ojol Pindah ke Pertalite
Sebab, jika terus memaksakan harga murah (mitigasi), hanya akan sia-sia dan sangat berisiko.
Karena akan menguras Pertamina dan mudah ditumpangi kelompok kepentingan untuk membuat resah bahkan rusuh sosial.
Pemerintah juga berupaya agar kenaikan harga-harga saat ini tidak sampai menyengsarakan rakyat.
Baca Juga:
Mengeluh Harga Pertamax Naik Sebesar Rp 3.500, Pengguna Motor dan Mobil: Kecuali UMR Dinaikkan
Selain itu, juga diupayakan menjamin ketersediaan, membuat perencanaan BBM yang lebih baik, serta mengeluarkan aturan agar kalangan mampu tidak berpindah menggunakan BBM subsidi.
Tidak hanya itu, dalam proses pengambilan keputusan adaptasi tersebut, pemerintah juga memperhatikan nasib masyarakat berpenghasilan rendah.
Oleh karenanya, BBM yang naik adalah Pertamax (Non-Subsidi Gasoline RON 92) atau jenis yang selama ini dikonsumsi kalangan menengah atas.