WahanaNews.co | Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) telah memberikan sejumlah laporan terkait insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkapkan hasil laporan hasil investigasi TGIPF tragedi stadion Kanjuruhan jauh lebih mengerikan dari yang beredar di media sosial (medsos) dan televisi.
Baca Juga:
Ingat Suporter Mengerang di Kanjuruhan, Panpel Arema FC Menangis
"Fakta kami temukan korban yang jatuh itu, proses jatuhnya korban jauh lebih mengerikan yang beredar di medsos dan TV," kata Mahfud di Istana Negara, Jumat (14/10/2022) kemarin.
Mahfud mengungkapkan, fakta itu didapatkan dari 32 CCTV yang dimiliki aparat kepolisian.
"Jadi itu lebih mengerikan dari semprot mati. Ada yang gandengan, yang terinjak-terinjak mati. Ada yang beri bantuan pernafasan itu karena satunya enggak bisa bernafas. Kena semprot juga mati," kata Mahfud.
Baca Juga:
Sidang Kanjuruhan, Ahli: Gas Air Mata Tak Bisa Dideteksi di Jenazah
Sebelumnya Mahfud mengatakan tugas TGIPF terkait tragedi Kanjuruhan sudah rampung pada Kamis (13/10/2022) kemarin.
Mahfud sempat mengungkapkan Presiden Jokowi telah menanyakan hasil temuan TGIPF tragedi Kanjuruhan kepada dirinya saat bertemu di Istana Negara pada Rabu (12/10/2022). Mahfud menyatakan temuan TGIPF tak akan diumumkan sebelum diserahkan kepada Presiden Jokowi.
"Beliau sangat serius masalah kasus tragedi Kanjuruhan sepak bola di Malang. 'Bagaimana hasil temuan TGIPF? Saya menunggu', kata presiden, karena akan segera menentukan langkah-langkah bersama FIFA yang akan berkunjung ke sini pekan depan tim pendahuluannya," kata Mahfud di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Sebagai informasi, FIFA dijadwalkan tiba ke Indonesia pada 18 Oktober mendatang. Mereka datang untuk mengulas total tata kelola sepak bola Indonesia.
Kedatangan FIFA ke Indonesia sebagai tindak lanjut dari komunikasi Pemerintah Indonesia dengan Presiden FIFA Gianni Infantino usai tragedi Kanjuruhan.
Adapun tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 malam usai laga Arema FC dengan Persebaya. Awalnya, usai pertandingan malam itu, suporter Arema turun ke area lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Hal itu direspons polisi dengan menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan tribun stadion yang kemudian memicu kepanikan suporter. Massa berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar yang terbatas.
Total 132 suporter Arema FC tewas imbas tragedi ini. TGIPF lantas dibentuk untuk mengusut kasus tersebut. [rsy]