WahanaNews.co
| Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman
menilai, target herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus Corona
(Covid-19) hingga saat ini masih belum bisa diprediksi dengan akurat, lantaran
masih perlu dipastikan dengan serangkaian zero surveillance test.
Namun
demikian, Eijkman menilai, target itu berpotensi molor dari rencana pemerintah
soal capaian target Herd Immunity pada akhir Desember tahun ini, atau
pada kuartal pertama 2022.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Hal
itu seiring dengan perkembangan mutasi virus Corona yang tengah merebak di
berbagai negara dengan karakteristik masing-masing.
"Jadi,
herd immunity kan sangat tergantung kepada keberhasilan vaksinasi. Nah,
memang dari mutasi-mutasi yang ada sejak tahun lalu itu, dikhawatirkan bisa
menyebar lebih cepat, juga bisa lolos dari vaksinasi," kata Kepala LBM
Eijkman, Amin Soebandrio, saat dihubungi wartawan, Selasa (27/4/2021).
Meski
begitu, Amin memastikan, hingga saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum
memberikan pernyataan resmi terkait apakah mutasi Corona yang saat ini terjadi
mempengaruhi efektivitas vaksin.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Saat
ini, terdapat tiga varian virus SARS-CoV-2 yang mendapat perhatian khusus,
yakni B.1.1.7 (Inggris), B.1.351 (Afrika Selatan), dan B.1.1.28/P1 (Brasil).
Ketiga
varian itu dilaporkan juga memiliki mutasi pada lonjakan protein yang dinamakan
E484K.
Selain
itu, saat ini global juga tengah mewaspadai varian B1617 asal India.
Sementara
di Indonesia, sejauh ini terpantau baru ada lima varian Corona yang berhasil
teridentifikasi, yakni varian D614G, B117, N439K, E484K, dan B1525.
"Sampai
saat ini, WHO masih menganggap bahwa efikasi masih di atas 50 persen, walau ada
penurunan tapi belum menyebabkan di bawah 50 persen, itu untuk sementara masih
bisa dipakai ya. Belum ada arahan untuk mengubah atau menyesuaikan vaksinnya,
tapi tentunya itu sangat tergantung adanya varian-varian tadi," jelas
Amin.
Dengan
kondisi dan dugaan itu, Amin lantas mengimbau agar pemerintah mempercepat
program vaksinasi nasional, sebelum kemungkinan terburuk mutasi "kebal" vaksin
Covid-19 terjadi di Indonesia.
Ia
juga meminta agar warga yang menjadi sasaran vaksinasi pemerintah tidak lagi
menolak untuk segera mendapatkan suntikan dua dosis vaksin Covid-19.
Dalam
hal ini, pemerintah menargetkan vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap 181,5
juta orang untuk mencapai target herd immunity.
Belum
lagi, kata Amin, sampai saat ini belum ada produsen vaksin Covid-19 yang secara
terang-terangan mengetahui soal berapa lama daya antibodi vaksin buatannya
dapat bertahan di tubuh manusia.
Terakhir,
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sempat menyebutkan bahwa daya antibodi
vaksin Sinovac kurang lebih setahun.
"Kalau
vaksinasi semakin cepat diselesaikan, dan herd immunity 70 persen
penduduk segera dicapai, maka diharapkan saat itu belum terjadi dominasi
populasi varian virus yang beredar. Oleh sebab itu, kita tengah berlomba,"
pungkasnya.
Perihal
target herd immunity, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan,
sebagian herd immunity ditargetkan terbentuk pada Desember 2021.
Menurutnya,
herd immunity bisa terbentuk jika dua per tiga dari jumlah total
penduduk sudah disuntik vaksin.
Sementara
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa,
memproyeksi, Indonesia bisa mencapai herd immunity alias sebesar 70
persen pada Maret 2022.
Hitungan
ini muncul karena Indonesia sudah menggelar vaksinasi virus Corona sejak
Januari 2021. [qnt]