WahanaNews.co | Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo
disebut-sebut masuk dalam bursa calon Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis
yang akan memasuki pensiun Januari 2021 mendatang.
Pria kelahiran Ambon, Maluku, 5 Mei 1969, itu adalah perwira jebolan Akademi Kepolisian (Akpol)
1991.
Baca Juga:
Kapolri Mutasi 702 Personel: 10 Jenderal Lengser, 3 Polwan Jadi Kapolres Baru
Selama ini, Sigit kesohor dekat dengan
Presiden Jokowi. Kedekatan itu diperkuat saat Sigit bertugas sebagai ajudan
presiden pada 2014-2016.
Kedekatan Sigit dan Jokowi terbangun
dalam peristiwa yang mengguncang Solo pada September 2011, yakni bom bunuh diri
di halaman Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton. Bom itu meledak hanya
berselang lima bulan setelah Sigit dilantik menjadi Kapolres Solo.
Peristiwa bom itu cukup memukul karena
tiga hari kemudian, Solo mesti menjadi tuan rumah Asian Parliamentary Assembly
atau Majelis Parlemen Asia. Pada saat yang sama, Jokowi sedang gencar
mempromosikan Solo sebagai destinasi wisata.
Baca Juga:
Jaga Semangat Kekeluargaan dan Kebersamaan, Polres Sibolga Kunjungi Purnawirawan dan Warakawuri Polri
Sigit lalu meyakinkan bahwa Solo aman.
Dia lalu bergerak mengamankan acara internasional itu dengan memulihkan
kepercayaan wisatawan, jua pendatang.
Sigit resmi dilantik menjadi Kepala
Bareskrim Polri pada Senin, 16 Desember 2019. Dia mengisi kursi lowong setelah
pejabat sebelumnya, Idham Azis ditarik menjadi Kapolri. Sebagai pejabat
Bareskrim baru, jenderal bintang tiga itu mematok target kerja. Utamanya
mengevaluasi reserse dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat.
Selama berkarier, Sigit pernah beberapa
kali menduduki jabatan strategis di kepolisian. Lulusan S2 Universitas
Indonesia dengan tesis penanganan konflik etnis di Kalijodo itu pernah menjabat
Kapolres Pati (2009) dan tahun selanjutnya dimutasi menjadi Kepala Kepolisian
Resor Sukoharjo (2010). Setelah itu, dia menduduki posisi Wakapoltabes
Semarang, dan pernah menjadi Kapolres Solo.
Pada 2012, Jokowi yang diusung oleh PDI
Perjuangan maju sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menang dalam Pilkada tersebut,
Sigit juga ikut pindah ke Ibu Kota Negara dengan menjabat Kasubdit II
Dittipidum Bareskrim Polri.
Tahun 2013, Sigit ditugaskan menjadi
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara (2013), namun pada 2014
setelah Jokowi menjadi Presiden, dia kembali ke Jakarta untuk mengemban tugas
menjadi ajudannya pada 20 Oktober 2014 hingga 5 Oktober 2016.
Selanjutnya dia mendapat promosi jabatan
sebagai Kapolda Banten dan menyandang pangkat bintang satu. Sigit memimpin
Polda Banten selama 2 tahun, yakni 5 Oktober 2016 -13 Agustus 2018.
Selepas menjabat Kapolda Banten, Sigit
menjadi salah satu anggota polisi yang mendapatkan promosi jabatan di
lingkungan Polri untuk menjadi Kadiv Propam menggantikan Irjen Martuani Sormin,
yang ditugaskan sebagai Kapolda Papua.
Setelah kosong selama 35 hari sejak
ditinggalkan Idham Azis, melalui Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/3229/XII/KEP./2019 tanggal 6 Desember 2019, diterangkan Kadiv Propam Polri
Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo menjadi Kabareskrim Polri.
Selama menjabat Kepala Bareskrim Polri
banyak kasus besar yang berhasil dibongkar bersama anak buahnya. Kasus yang
menonjol adalah penangkapan buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih atau
cessie Bank Bali, Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra di Malaysia.
Penangkapan Djoko Tjandra dipimpin
langsung oleh Sigit sekaligus membuka tabir sejumlah pihak yang terlibat. Dari
lima tersangka dua diantaranya anggota polisi yakni Brigen Pol Prasedjo Utomo
dan Irjen Pol Napoleon Bonarparte.
Kasus menonjol lainnya adalah kebakaran
Gedung Kejaksaan Agung (Kejagung). Penyidik Bareskrim telah menetapkan 8 orang
sebagai tersangka.
Mereka adalah tukang di Kejaksaan Agung
berinisial, T, H, S, dan K. Pekerja lain yang mengerjakan wallpaper berinisial
IS, mandor berinisial UAM, vendor maupun PT ARM inisial R dan PPK inisial NH.
Kasus besar lainnya yang dibongkar
jajaran Bareskrim adalah mengungkap narkoba jenis sabu sebanyak 1,2 ton, 35.000
butir pil ekstasi dan 410 Kg ganja selama kurun waktu Mei-Juni 22020.
Barang bukti tersebut disita dari
jaringan Iran-Timur Tengah yang ditangkap di 2 lokasi berbeda yakni di Serang,
Banten dan Sukabumi, Jawa Barat. Dari hasil penangkapan tersebut, Tim Satgas
Merah Putih berhasil mengamankan 7 orang tersangka.
Kasus lain yang menjadi perhatian publik
adalah membantu menangkap Maria Pauline Lumowa, tersangka pembobolan BNI 46
senilai Rp 1,7 triliun. Penangkapan ini dipimpin langsung oleh Menteri Hukum
dan HAM, Yasonna Laoly.
Dalam beberapa kesempatan Sigit
menegaskan, penuntasan berbagai kasus merupakan bentuk komitmen, transparansi
di tubuh Polri. Terutama kasus Djoko Tjandra yang melibatkan 2 anggota polisi
berpangkat jenderal.
"Bareskrim Polri terus melakukan
pembenahan internal untuk lebih profesional dan produktif dalam penanganan
penegakan hukum di Indonesia," kata Sigit beberapa waktu lalu. [dhn]