WahanaNews.co | Pesawat N219 akhirnya menyelesaikan
rangkaian pengujian sertifikasi.
Moda
transportasi udara buatan PT Dirgantara Indonesia (DI) tersebut
telahresmi mendapatkan type
certificate.
Baca Juga:
Hujan Petir Bukan Masalah! Begini Cara Pesawat Modern Tetap Aman di Udara
"Hasil
pengujian DKPPU, pesawat N219 dinyatakan memenuhi CASR Part 23 (Airworthiness Standards for Aeroplanes in
the Normal, Utility, Acrobatic or Commuter Category)," ujar Direktur
Teknologi dan Pengembangan PT DI, Gita Amperiawan, dalam rilis yang diterima redaksi pada Senin
(28/12/2020).
Menurut
Gita, sertifikasi merupakan proses terpenting guna menjamin keamanan dan
keselamatan.
Selanjutnya,
pesawat yang diberi nama N219 Nurtanio ini direncanakan masuk ke tahap
komersialisasi pada 2021.
Baca Juga:
Perjuangan Tekan Harga Tiket Pesawat Diungkap Menhub Budi Karya
Berikut
perjalanan pesawat N219 hingga lolos sertifikasi.
Proses Awal
Dikutip
dari Harian Kompas, 18 Agustus 2017,
gagasan pembuatan pesawat N219 sebenarnya sudah ada sejak 2006.
Namun,
proses perancangan baru dilakukan pada 2007 oleh sejumlah perekayasa yang masih
tersisa di PT DI.
Saat
itu, PT DI berada pada titik nadir, karena kondisi riset dan inovasi nasional
belum membaik sejak krisis 1998.
Akibat
krisis itu juga, pengembangan pesawat buatan Indonesia pertama N250 yang
berhasil terbang pada 1995 akhirnya terhenti.
Pada
2010, PT DI mulai mengembangkan pesawat N219, sebuah pesawat komuter
berkapasitas 19 penumpang yang disesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia.
Pembuatan
N219 diharapkan menggantikan pesawat perintis yang sebagian telah berumur.
Desain
pesawat mulai dibuat pada 2014 dan sejumlah komponen mulai diproduksi 2015.
Berbeda
dengan pengembangan N250 yang semua prosesnya dikerjakan PT DI, riset dan
pengembangan N219 dilakukan Lapan.
Beriringan
dengan produksi komponen, sertifikasi pun dilakukan Direktorat Kelaikan Udara
dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.
Karena
difokuskan untuk pasar Indonesia, sertifikasi N219 di dalam negeri dinilai
cukup.
Sebab,
berdasarkan pengalaman sertifikasi N250 melalui lembaga asing, sertifikasi jadi
tantangan karena tidak bebas dari kepentingan politik.
Spesifikasi
Harian Kompaspada 26 Januari 2015 memberitakan,
salah satu kunci penting pesawat N219 ada pada sistem aerodinamika dan avionik.
Sistem
aerodinamika N219 mirip pendahulunya, N250 dan CN235, yang dibuat tahun
1990-an. Jauh lebih muda ketimbang kompetitor yang mengandalkan desain
tahun 1960-an.
Itu
memberi keunggulan meraih kecepatan minimal untuk daya angkat (stall speed) 59 knot.
Stabil
pada kecepatan rendah bisa memberi keuntungan saat pesawat harus bermanuver
melintasi daerah sempit di antara tebing tinggi.
Aerodinamika
perpaduan dari N250 dan CN235 juga memungkinkan pesawat mendarat mulus meski
landasannya rumput atau tanah sepanjang 500 meter.
Mesin
pesawat yang menggunakan produk Pratt & Whitney ini dirancang untuk tetap
berkinerja baik pada daerah dengan tekanan udara rendah dan suhu tinggi.
Meski
termasuk mesin pesawat generasi lama, Pratt & Whitney dipilih karena lebih
banyak teknisi yang memahaminya dan suku cadang banyak tersedia.
Pesawat
itu didesain mampu menerbangi wilayah pedalaman Pegunungan Papua dengan
ketinggian lebih dari 6.000 kaki atau 1.800 meter.
Uji Terbang
Pada
2017, pesawat N219 berhasil menjalani penerbangan perdana dari landasan pacu
Bandara Udara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.
Pesawat
berhasil terbang selama 30 menit pada ketinggian hingga 8.000 kaki atau sekitar
2.400 meter di atas kawasan Batujajar dan Waduk Saguling, Bandung Barat.
Melihat
keberhasilan itu, sebagian karyawan berteriak haru, berkaca-kaca, berpelukan bahagia,
dan sujud syukur.
Rencana
uji terbang tersebut sebenarnya dilakukan pada 2016, tetapi proses sertifikasi
yang ketat membuat rencana itu mundur dan baru terlaksana pada 2017.
Hingga
saat ini, prototipe pesawat pertama telah melalui 275 jam terbang, sementara
prototipe kedua sekitar 170 jam.
Produksi
Produksi
awal pesawat N219 akan dibuat empat unit per tahun dengan menggunakan
kapasitas produksi yang tersedia saat ini.
PTDI
akan menambah fasilitas produksi dengan sistem modern pada bagian produksi.
Sehingga,
secara bertahap kemampuan untuk memproduksi pesawat N219 terus meningkat sesuai
kebutuhan pasar.
Pesawat
N219 nantinya terdiri dari beberapa versi. Salah satunya, amphibi yang dapat
lepas landas di permukaan air selain di bandara biasa.
Dengan
inovasi transportasi udara tersebut, pada masa mendatang terbuka kemungkinan
dicapainya semua tujuan destinasi pariwisata laut di Tanah Air dengan cepat
menggunakan pesawat N219 amphibi. [dhn]