WahanaNews.co | Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman
mengaku merupakan seorang santri dan tidak pernah melewati ibadah seperti salat lima waktu hingga puasa.
Dudung membantah anggapan yang berkembang bahwa dirinya menjauhi dan memusuhi agama Islam.
Baca Juga:
Tragis, Santri di Aceh Alami Luka Serius Usai Disiram Air Cabai
"Saya kalau kunjungan-kunjungan pasti saya memberikan kultum di masjid-masjid, saya dulunya ini pernah santri, jadi kalau ada orang yang mengatakan saya musuhi Islam itu enggak benar, salah," kata Dudung dalam Coffee Morning di Markas Besar AD, Jakarta, Senin (7/2).
"Saya santri, saya tidak pernah lewat lima waktunya, tidak pernah lewat puasanya, jadi kalau saya mengatakan menjauhi Islam itu salah," ujarnya menambahkan.
Dalam kultum di sejumlah masjid, Dudung mengatakan sering menyampaikan pesan agar tidak terlalu dalam mempelajari agama jika tidak ada guru atau ustad yang membimbing. Namun, menurutnya, pesan yang disampaikan itu dipotong dan menimbulkan polemik.
Baca Juga:
Laznas BMH DIY dan Unitest Salurkan Beasiswa ke Santri Cahayaqu
"Tapi kalimat itu dipotong, kalau belajar tidak mendalam, titik. Makanya saya bilang, kalau saya sampaikan benar sekalipun itu menjadi persoalan," katanya.
Mantan Pangkostrad itu lalu menyinggung pernyataannya di salah satu tayangan YouTube yang mengatakan Tuhan bukan orang Arab.
Pernyataan itu diketahui berbuntut pelaporan ke Pusat Polisi Militer Angkatan Darat oleh Koalisi Ulama, Habaib & Pengacara Anti Penodaan Agama.
"Saya sampaikan, saya kalau berdoa pakai bahasa Indonesia. Teman - teman juga berdoa seperti ini. Anak saya hari ini ujian semester, mohon diberikan ketenangan semoga bisa menyelesaikan persoalan-persoalan itu dengan baik dan nilainya bagus. Bahasa arabnya kan kira-kira enggak tahu kita. Kalau kita pakai bahasa Indonesia, Allah itu, Tuhan itu mengerti," kata Dudung.
"Mau pakai bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Ambon, semuanya, bahasa Inggris saja Allah tahu. Karena memang Tuhan itu bukan orang Arab. Jadi bahasanya pakai bahasa Indonesia ya enggak papa, enggak harus pakai bahasa Arab," katanya.
Ia pun mengaku heran pernyataan tersebut dipersoalkan oleh kelompok masyarakat tertentu. Menurutnya, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun juga pernah menyampaikan pernyataan yang hampir serupa.
"Dulu Ainun Najib ngomong begitu enggak dipersoalkan. Karena Dudung yang ngomong, kejang. Benar enggak Ainun Najib kan ngomong begitu, karena Dudung (yang ngomong) diserang oleh kelompok. Kelompok itu kecil sebetulnya, tapi nyaring bunyinya," ujarnya. [bay]