WahanaNews.co | Pembangunan teknologi informasi dan komunikasi di negeri ini tidak merata.
Sebagian daerah selama ini menikmati kemajuan signifikan.
Baca Juga:
Judi Online dan Pinjol Ilegal ‘Adik Kakak’, Menkominfo: Harus Disikat
Sebagian lainnya tetap terpuruk.
Disparitas antardaerah semakin senjang.
Semakin senjangnya kondisi antarwilayah provinsi yang terjadi di negeri ini tecermin dari publikasi Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga:
Kemenkominfo Telah Blokir Hampir 3 Juta Konten Judi Online
Menurut indeks yang tersusun dari 11 indikator dalam tiga dimensi (sub-indeks) penilaian --akses dan infrastruktur, penggunaan, serta keahlian-- tersebut menunjukkan kondisi terakhir (2020) skor Indonesia mencapai 5,59 dari kemungkinan skor tertinggi 10.
Apabila dikategorikan, skor yang dicapai menunjukkan kondisi pembangunan teknologi informasi dan komunikasi di negeri ini dalam posisi tengah atau tergolong sedang.
Sisi positifnya, capaian kondisi nasional tersebut meningkat sepanjang tahun.
Dengan menggunakan acuan IP-TIK 2017 yang masih sebesar 4,96, maka telah terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Konsistensi peningkatan tergambarkan pada setiap dimensi pengukurannya.
Membandingkan capaian kesiapan ”akses dan infrastruktur” saat ini (skor 5,67) dengan kondisi yang terbangun sebelumnya sangat berbeda.
Tahun 2017, misalnya, skor dimensi ”akses dan infrastruktur” yang memotret kondisi pelanggan telepon tetap dan seluler, persentase rumah tangga dengan komputer, akses internet, dan penggunaan bandwidth internet internasional itu masih 5,09.
Selepas 2017 terjadi peningkatan pesat, terutama pada indikator penguasaan komputer, akses internet, dan penggunaan bandwidth internet.
Pada kedua dimensi lainnya, peningkatan juga terjadi.
Tahun 2020, misalnya, skor dimensi ”penggunaan” mencapai 5,34.
Padahal, 2017 masih sebesar 4,44.
Begitu pula dalam dimensi ”keahlian” yang mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam teknologi informasi komunikasi mencapai 5,92.
Sementara skor pada 2017 sebesar 5,72.
Dengan peningkatan yang cukup signifikan dalam kurun waktu yang singkat, dipastikan posisi Indonesia secara global dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau lebih sering dikaitkan dengan digitalisasi ini, membaik.
Kondisi terakhir di 2017 dalam CT Development Index yang dibangun International Tellecomunication Union (ITU), Indonesia masih bertengger pada posisi ke-111 dari 176 negara yang dicermati.
Posisi yang dicapai masih terpaut cukup jauh dari Singapura (18), Malaysia (63), Thailand (78), Filipina (101), dan Vietnam (108).
Akan tetapi, potret kemajuan Indonesia secara global masih menyisakan persoalan yang pelik, terutama jika dikaitkan dengan kondisi pada level daerah.
Paling mencolok, jika dicermati lebih detail perkembangan dari indeks ini lebih banyak menggambarkan disparitas pada berbagai wilayah provinsi di negeri ini.
Semenjak indeks ini menampilkan data kondisi 2017, menunjukkan jika capaian pembangunan teknologi, informasi, dan komunikasi tidak merata.
Begitu pula dalam perkembangan selanjutnya (2020), jurang perbedaan antarprovinsi justru semakin membesar.
Sebagai gambaran, posisi kemajuan ICT tertinggi terjadi di DKI Jakarta.
Skor total DKI Jakarta tercatat 7,46.
Jika ditempatkan dalam skala global, tingginya skor DKI Jakarta itu sudah sepadan dengan posisi kisaran ke-30 dari sejumlah negara.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Jakarta terjadi pada setiap dimensi pengukuran, baik dari sisi akses dan infrastruktur, pola penggunaan, maupun potensi keahlian dalam ICT.
Dibandingkan dengan kondisi 2017, peningkatan skor IP-TIK DKI Jakarta tergolong pesat, di atas rata-rata perkembangan nasional.
Akan tetapi, sebaliknya yang terjadi pada provinsi yang terkelompokkan dalam papan bawah pembangunan teknologi informasi dan komunikasi.
Provinsi Papua, misalnya, menjadi wilayah paling terbawah dalam peningkatan indeks ini.
Skor total dari ketiga dimensi pengukuran di Papua menunjukkan nilai 3,50.
Menjadi semakin mengejutkan jika mencermati perubahan yang terjadi.
Pengukuran pada 2020 menunjukkan, jika skor Papua justru agak menurun.
Saat ini, skor indeks yang dicapai 3,35.
Dengan capaiannya itu, nyaris dapat disimpulkan justru terjadi langkah mundur di Papua.
Jika dicermati pada segenap dimensi pengukurannya, perkembangan Papua memang tampak lamban.
Lambannya perubahan dalam infrastruktur diikuti oleh aspek penggunaan maupun keahlian.
Dengan kondisi demikian, DKI Jakarta yang tengah melesat, sementara Papua tidak banyak berubah, membuat jurang perbedaan antarprovinsi menjadi semakin senjang.
Jika empat tahun lalu, capaian Papua masih separuh dari skor total DKI Jakarta, kini justru tidak sampai separuh kondisi DKI Jakarta.
Derajat perubahan kemajuan (kemunduran) yang terpetakan semakin menyulitkan Papua guna mengatasi ketertinggalannya.
Dengan perubahan yang dilalui sepanjang tahun pengukuran, tampaknya mustahil Papua mampu menyamai kemajuan DKI Jakarta yang tergambarkan saat ini.
Tidak hanya pada Papua, potret senjang semacam ini jamak terjadi pada provinsi-provinsi yang termasuk dalam papan bawah pencapaian ICT.
Kondisi di Provinsi Sulawesi Barat, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat, cenderung mirip.
Pada setiap provinsi kategori tertinggal dalam pembangunan ICT nya, tampak terseok dalam memacu peningkatan.
Sebaliknya, selain DKI Jakarta, beberapa provinsi lainnya, seperti DI Yogyakarta, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Timur, tergolong tinggi skor kemajuan teknologi informasi dan komunikasinya.
Dengan mencermati perkembangan tahunan setiap indikator yang dikaji, masa mendatang provinsi-provinsi ini semakin tidak terhadang.
Dapat dipastikan jika peningkatan derajat penilaian setiap indikatornya masih akan terus berlangsung positif yang tampaknya akan terus ditopang oleh kondisi kesejahteraan wilayahnya.
Pencermatan peningkatan capaian IP-TIK suatu daerah yang berkait dengan kemakmuran ataupun kesejahteraan warga ini nyata berelasi.
Konfigurasi senjang antarprovinsi dari sisi IP-TIK ini, misalnya, terbukti sangat berkorelasi positif dengan kemakmuran wilayah.
Dalam hal ini, semakin tinggi kondisi pembangunan manusia (kesejahteraan) suatu provinsi, maka semakin tinggi pula kondisi perkembangan teknologi informasi dan komunikasinya.
Begitu juga yang terjadi sebaliknya, semakin rendah skor IP-TIK maka semakin rendah pula skor kualitas pembangunan manusia di provinsi tersebut.
Dengan kondisi demikian, beberapa provinsi, seperti Papua, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku Utara, hingga Gorontalo dan Lampung tergolong problematik.
Tautan antara pembangunan teknologi informasi dan komunikasi dengan kesejahteraan wilayah tersebut juga menunjukkan jika problem-problem distribusi kesejahteraan masih menjadi potret khas negeri ini.
Jurang digital yang terbangun antardaerah tampaknya akan semakin menegasikan pemilahan setiap wilayah dalam dikotomi makmur dan melarat. [qnt]
Artikel ini sudah tayang di Kompas.id dengan judul “Jarak Senjang Digital Semakin Lebar”. Klik untuk baca: https://www.kompas.id/baca/riset/2021/09/16/jarak-senjang-digital-semakin-lebar/.