WAHANANEWS.CO - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyingkap alasan Indonesia kerap diremehkan negara maju dalam isu terobosan iklim, seraya menyebut akar persoalannya justru datang dari dalam negeri sendiri.
“Jika Anda bekerja sama di dalam negeri, kita dapat berbicara dan menjelaskan kepada negara-negara maju, terkadang mereka juga memandang rendah, maaf saya menggunakan kata ini, negara berkembang, karena kita tidak bekerja secara terbuka dan transparan,” ungkap Luhut saat memberikan kata pembuka dalam diskusi Policy and Research Dialogue oleh LPEM UI bertajuk Sustainable Growth in Indonesia, Senin (15/11/2025).
Baca Juga:
Luhut Ungkap Proyek Whoosh Sudah ‘Busuk’ Sejak Awal Ditangani
Ia menegaskan, persoalan transparansi dan keterbukaan itu harus segera dibenahi bila Indonesia ingin memperoleh kepercayaan di mata dunia internasional, terutama negara-negara maju.
“Tanpa kepercayaan dan keyakinan, kredibilitas, kita bukan apa-apa,” tegasnya.
Menurut Luhut, Indonesia sejatinya memiliki posisi yang kuat untuk berbicara secara terbuka dan jujur kepada negara maju mengenai isu iklim karena tidak memiliki konflik kepentingan.
Baca Juga:
Purbaya Jaga Anggaran Negara, Tolak Pendanaan Family Office dari Kas APBN
Ia kemudian memaparkan langkah-langkah strategis agar Indonesia dapat dipercaya komunitas internasional, dimulai dengan membangun komunikasi langsung bersama para pemimpin yang bertanggung jawab terhadap program iklim.
Dengan catatan, Indonesia harus memastikan keberlanjutan investasi berjalan secara bersih tanpa kecurangan maupun praktik yang menguntungkan salah satu pihak.
Langkah berikutnya adalah mendorong industrialisasi yang dibarengi pengembangan teknologi sebagai upaya substitusi sumber daya alam yang suatu saat akan habis serta untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah.
“Digitalisasi, itu menurut saya sangat, sangat penting bagi kita semua, sekarang masalah harga komoditas internasional juga menurun, kita tidak akan bergantung pada harga komoditas, kita harus melihat industri hilir,” imbuhnya.
Luhut mengakui Indonesia saat ini telah mampu memfokuskan hilirisasi sumber daya alam, mulai dari pertambangan logam, sektor pertanian, hingga rumput laut.
Namun demikian, ia menilai upaya tersebut harus diperkuat dengan riset dan penelitian agar manfaat ekonomi dan keberlanjutannya dapat terjaga dalam jangka panjang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]