Oleh JAYA SUPRANA
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
SETIAP bulan Mei tiba, saya teringat kepada masa penderitaan lahir
batin akibat malapetaka Tragedi Mei 1998 yang menyengsarakan bahkan
membinasakan begitu bayak warga Indonesia sehingga sulit bisa terhapus dari
benak mau pun sanubari saya.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
Aksi Kamisan
Dan
setiap hari Kamis di depan halaman Istana Merdeka ketika melihat Aksi Kamisan
yang diselenggarakan para sanak keluarga para korban Tragedi Mei 1998 sejak 18
Januari 2007, lubuk sanubari saya dirundung belarasa duka atas derita sesama
warga Indonesia di tanah air udara tercinta.
Sebagai
warga yang syukur alhamdullilah dengan susah payah berhasil menembus kemelut
deru campur debu berpercik keringat, air mata, dan darah menyelamatkan dua
keponakan perempuan saya dari angkara murka kaum perusuh pada Tragedi Mei 1998
di Jakarta sepenuhnya saya dapat merasakan betapa perih sanubari para peserta
Aksi Kamisan.
Dapat
dibayangkan betapa berat beban rasa derita sesama warga Indonesia yang
kehilangan anak, istri, suami, dan sanak keluarga akibat kebengisan kaum
huruharawan Mei 1998.
Permohonan
Sebenarnya
tidak banyak yang diharapkan oleh para anggota Aksi Kamisan.
Harapan
para beliau hanya sederhana saja yaitu agar pemerintah Republik Indonesia
berkenan resmi mengakui bahwa Tragedi Mei 1998 benar-benar telah terjadi di
bumi Indonesia tercinta.
Pengakuan
disertai harapan bahwa tragedi serupa tidak akan kembali terjadi di persada
Nusantara nan indah permai berhias suasana Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Harapan
para peserta Aksi Kamisan telah disampaikan langsung kepada Bapak Presiden Joko
Widodo pada suatu kesempatan jumpa tatap muka di Istana Negara.
Kebetulan
pada masa kampanye Pilpres 2014, Joko Widodo juga sempat berjanji akan tuntas
menyelesaikan permasalahan Mei 1998 yang menghantui peradaban bangsa Indonesia.
Maka
dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri atas nama Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab memohon kemurahan hati Presiden Jokowi sebagai kepala negara
Indonesia memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi berkenan memaklumatkan sebuah
maklumat resmi kepresidenan bahwa prahara Mei 1998 merupakan peristiwa Tragedi
Nasional yang senantiasa akan dikenang sepanjang masa oleh bangsa Indonesia sambil tentu diharapkan
tidak akan pernah terjadi kembali di masa depan di Indonesia sebagai negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram
kerta raharja.
Merdeka! (Jaya Suprana, Pendiri Sanggar
Pembelajaran Kemanusiaan)-qnt
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Memohon
Kemurahan Hati Presiden Jokowi", Klik untuk baca: www.kompas.com/tren/read/2021/05/15/132418665/memohon-kemurahan-hati-presiden-jokowi