WahanaNews.co | Menteri
Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) alami
defisit hingga mencapai Rp 336,9 triliun.
Ia mengatakan realisasi defisit ini terjadi karena belanja
negara mencapai Rp1.368,4 triliun atau 49,8 persen dari target Rp2.750 triliun.
Sementara pendapatan pajak cuma Rp647,7 triliun atau 52,7 persen dari target
Rp1.229,6 triliun.
Baca Juga:
Tahun 2024 Belanja Bansos Naik 20,7% Ini Penyebabnya
"Penerimaan negara sudah mulai membaik dan belanja
negara tetap kita coba jaga, maka defisit 2021 ini pada akhir Juli Rp336,9
triliun atau 2,04 persen dari PDB," ujar Ani saat konferensi pers APBN
KiTa edisi Agustus 2021, Rabu (25/8/2021).
Bersamaan dengan realisasi defisit tersebut, keseimbangan primer
menjadi Rp143,6 triliun. Sementara pembiayaan anggaran termasuk utang mencapai
Rp447,8 triliun atau setara 44,5 persen dari target Rp1.006,4 triliun.
Khusus untuk penerimaan negara, selain dari pajak juga
berasal dari penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp141,2 triliun atau 65,7
persen dari target Rp215 triliun. Pertumbuhannya naik tinggi 29,5persen secara
tahunan.
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I/2024 Capai 5,17%
Kemudian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp242,1
triliun atau 81,2 persen dari Rp298,2 triliun. PNBP tumbuh 15,8 persen.
Sementara di pos belanja, belanja pusat mencapai Rp952,8
triliun atau naik 20,1 persen. Sedangkan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) mencapai Rp415,5triliun atau terkontraksi 9,4 persen.
Selain berbicara soal anggaran, di lain pihak, Sri Mulyani
juga berbicara soal kondisi pandemi di Indonesia. Ia mengklaim Indonesia mampu
mengendalikan kasus positif Coronavirus Disease-2019/Covid-19. Namun tidak
demikian dengan angka kematian.
Bendahara Negara memaparkan, kasus positif Covid-19 secara
global dalam tujuh hari terakhir rata-rata bertambah 678.000 orang per hari.
Negara-negara dengan kasus positif tertinggi adalah Amerika Serikat (AS), Iran,
Malaysia, Prancis, Rusia, Thailand. Tidak ada nama Indonesia di sana.
"Untuk kasus per satu juta populasi, AS adalah 646,7,
tertinggi. Indonesia adalah 61 orang oer satu juta populasi. Jauh sekali di
bawah negara-negara seperti Malaysia dan Thailand," kata Sri Mulyani dalam
konferensi pers APBN Kita periode Agustus 2021, Rabu (25/8/2021).
Akan tetapi, Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa jumlah pasien
yang meninggal akibat serangan Covid-19 masih tinggi. Per satu juta populasi,
empat orang rakyat Indonesia tutup usia.
"Indonesia masih harus menurunkan jumlah kematian, karena
kita termasuk yang tertinggi meski kasus bukan tertinggi. Jadi kita ada hal
yang bagus dan perlu harus diperbaiki," tegas Sri Mulyani. [rin]