WahanaNews.co | Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, mengundang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Fajar Sidik Napu, yang menjadi korban aksi marah-marah Menteri Sosial, Tri Rismaharini, beberapa waktu lalu.
Fajar diundang Rusli di kediaman pribadi sang Gubernur di Kelurahan Moodu, Kota Gorontalo, pada Minggu (3/10/2021).
Baca Juga:
Gubernur Gorontalo Ingatkan Sanksi bagi ASN tidak Netral Dalam Pemilu
Pada kesempatan tersebut, Rusli meminta Fajar memaafkan Risma.
“Jadi Pak Fajar, mungkin Ibu Menteri saat itu lagi capek, jadi bisa kesal. Saya minta, maafkan Ibu Menteri dan memaafkan saya juga. Ini hanya miskomunikasi antara kita,” kata Rusli, dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Gorontalo, Minggu (3/10/2021).
Dalam kesempatan tersebut, Rusli juga menyemangati Fajar dan para pendamping PKH agar tetap tulus dan ikhlas bekerja mendampingi warga.
Baca Juga:
Gubernur Gorontalo Lantik Penjabat Bupati Gorontalo Utara
Rusli sendiri mengaku bahwa ia sudah menerima pesan WhatsApp pribadi dari Risma.
Pesan WhatsApp tersebut dikirim kepada istrinya, Idah Syahidah, yang juga sebagai anggota Komisi VIII DPR RI.
“Sebagai Gubernur juga saya meminta maaf kepada Ibu Menteri jika ada kalimat, sikap saya yang menyinggung Ibu Menteri untuk mohon dimaafkan,” pintanya.
Orang nomor satu di Gorontalo itu mengaku tidak ingin memperpanjang masalah ini.
Ia juga meminta agar seuluruh masyarakat menyikapinya secara bijak.
Rusli yang mengaku sayang kepada Risma, tidak ingin sikap sering marah-marah mantan Wali Kota Surabaya ini terus berlanjut di daerah lain.
"Saya takutnya Ibu Menteri bertemu dengan warga yang tingkat kecerdasannya kurang, kita katakan sumbu pendek atau gimana, maka Ibu Menteri yang balik diserang," katanya.
"Itu yang tidak kita harapkan. Mudah mudahan ini yang pertama dan terakhir,” imbuhnya.
Rusli memastikan, apa yang dilakukannya adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai Gubernur, sebagaimana Risma datang sebagai seorang menteri.
Dia menegaskan hal ini tidak ada kaitannya dengan politik dan partai politik mana pun.
“Jadi sudah clean and clear ini semata-mata miskomunikasi. Jadi jangan digiring jadi opini politik. Tidak ada hubungan sama sekali. Saya bicara sebagai Gubernur, Pak Fajar sebagai Koordinator, Ibu Risma datang bukan sebagai kader partai tapi sebagai Mensos RI," kata Rusli Habibie.
Sebelumnya diberitakan, Rusli Habibie mengaku tidak terima warganya dimarahi Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Rusli merasa tersinggung dengan Risma yang menunjuk-nunjuk warganya saat berkunjung ke Provinsi Gorontalo pada Kamis (30/9/2021).
Aksi Risma yang emosional dan menunjuk-nunjuk warga Gorontalo itu terekam dan telah viral di media sosial (medsos).
Rusli Habibie mengaku sangat prihatin melihat video itu.
"Saya tidak memprediksi seorang Ibu Menteri, Sosial lagi, memperlakukan seperti itu," kata Rusli, dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Gorontalo, Minggu (3/10/2021).
Rusli menyebut bahwa sikap Risma tersebut dinilai memberikan contoh buruk soal bagaimana seorang pejabat sekelas menteri bersikap.
"Contoh yang tidak baik," ujar Rusli.
Dia kemudian mengingatkan Risma agar menjaga sikap di depan rakyat, terlebih saat berkunjung ke kampung orang.
Menunjuk-nunjuk dan memarahi seorang pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dengan emosional membuat hati Rusli sedih.
"Pangkat, jabatan harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini semua kita tinggalkan," tuturnya.
"Kalaupun toh dia salah ya dikoreksi, di depan umum lagi," sambungnya.
Secara khusus, Rusli meminta agar Presiden Joko Widodo mengevaluasi sikap Risma ysng dalam banyak kesempatan selalu emosional.
Apalagi aksi Risma tersebut terlanjur viral dan menghebohkan warga.
“Tolonglah, mumpung Pak Presiden juga bisa lihat di YouTube, di mana-mana karena sudah ribut. Memperingati stafnya karena seperti itu,” katanya.
Rusli memperoleh informasi terkait aksi Risma yang marah-marah belakangan hari.
Saat itu, Risma bersama pemerintah provinsi dan kabupaten kota sedang melakukan pemadanan data.
Pada saat bersamaan, Rusli sedang mendampingi Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, ke Kabupaten Boalemo.
Salah satu pendamping PKH yang ditunjuk-tunjuk Risma menjelaskan ada warganya yang terdata, tetapi saldonya kini tidak pernah lagi terisi.
Hal itu diduga membuat mantan Wali Kota Surabaya naik pitam.
"Pendamping PKH itu menyampaikan kepada Ibu Menteri ada nama-nama ini saldonya kosong karena informasinya sudah dicoret. Itu yang bikin naik darahnya," katanya.
“Bolehlah emosi, tapi jangan kelakuan seperti itu dong. Itu pegawai saya meskipun dia pegawai rendahan tapi manusia juga," imbuhnya.
"Saya alumni STKS, tahun 80-an sudah kenal menteri Nani Soedarsono, para Dirjen, tapi tidak ada yang sikapnya begitu. Saya tersinggung, saya enggak terima,” kata Rusli.
Video yang merekam Mensos Risma marah-marah viral di media sosial.
Kemarahan Risma itu disebabkan data penerima bantuan sosial di Gorontalo.
Peristiwa tersebut terjadi saat Risma menggelar rapat tertutup dengan Forkopimda tentang pemadanan data Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Tuani (BST) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT).
Dalam video yang telah beredar luas di medsos itu, tampak Risma beranjak dari tempat duduknya dan menunjuk-nunjuk seorang pria yang duduk agak jauh darinya menggunakan bolpoin.
Diketahui pria tersebut adalah seorang petugas PKH Gorontalo.
Kemarahan Risma dipicu soal tudingan pencoretan data keluarga penerima manfaat (KPM) oleh Kemensos.
Akan tetapi, setelah dicek di data bansos, ternyata KPM tersebut masih terdaftar di Kemensos.
Risma menegaskan bahwa pihaknya tak pernah mencoret data KPM di PKH.
Kemarahan Risma semakin memuncak saat ada data penerima PKH yang dicoret sebagai KPM dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) karena saldo rekeningnya nol rupiah.
Risma pun sontak memarahi petugas PKH Gorontalo yang juga ikut dalam rapat.
"Jadi bukan kita coret, ya. Tak tembak kamu ya, tak tembak kamu!" kata Risma dalam video yang beredar luas di medsos. [qnt]