Karena tak mampu menangani amukan rakyat Surabaya, Inggris pun meminta bantuan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk menenangkan mereka.
Setibanya di Surabaya, dalam autobiografinya itu, Bung Karno menggambarkan suasana Surabaya sangat mencekam.
Baca Juga:
Kementerian PU: Teladani Semangat Kepahlawanan Dalam Membangun Negeri
"Di setiap penjuru jalan terjadi perkelahian hebat satu lawan satu. Mayat bergelimpangan di mana-mana," tutur Soekarno.
Soekarno dan Hatta lalu berunding dengan para jenderal tentara Inggris.
Dalam perundingan tersebut kedua belah pihak menyetujui adanya gencatan senjata.
Baca Juga:
Lapas Sibolga Gelar Upacara Peringatan Hari Pahlawan: Teladani Nilai-Nilai Kepahlawanan
Tentara Inggris memberikan sebuah jip kepada Soekarno untuk berkeliling menenteramkan keadaan yang sedang kacau.
"Aku berkeliling ke seluruh penjuru di mana saja pahlwan-pahlawan muda kami berada dan berbicara berhadap-hadapan muka dengan mereka. Masing-masing (dari mereka) memegang senjata dengan laras terisi dan tidak terkunci," kata Bung Karno.
"Seorang pemuda berumur kira-kira 16 tahun berdiri di dekatku, memegang senapannya tegak lurus dan menampung setiap kata yang keluar dari mulutku. Ketika aku mengatakan sesuatu, semangatnya meluap, dan Dor! Senapan terkutuk itu meletus tepat di belakang telingaku," ujar Soekarno.