WahanaNews.co, Jakarta - Natal Nasional 2025, yang akan dilaksanakan 5 Januari 2026, berlangsung dalam suasana keprihatinan. Dampak bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh masih menimbulkan penderitaan hebat. Ratusan warga meninggal, belum ditemukan, dan menderita luka-luka. Ribuan warga kehilangan rumah dan harta benda. Korban erupsi Gunung Semeru di Jatim juga masih membutuhkan uluran tangan.
Dalam pada itu, sebagian warga Indonesia masih didera kemiskinan ekstrem dan berbagai keterbatasan. Memperhatikan kondisi riil itulah, Panitia Nasional Natal menegaskan, Natal tahun ini dirayakan dengan penuh kesederhanaan, selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dan sejalan dengan makna Natal yang paling hakiki.
Baca Juga:
DPD TMI Sampikan Bantuan Kemanusiaan Korban Bencana Alam di Humbahas
Pada hakikatnya, Natal adalah cerita tentang kesederhanaan dan solidaritas. Tuhan Yesus, Sang Mahatinggi, memilih mengambil rupa manusia yang paling sederhana.
Ia lahir bukan di istana, tetapi di kandang; tidak disambut kaum bangsawan, tetapi oleh para gembala yang sederhana dan tak diperhitungkan.
Kesederhanaan itu, sebagaimana dituturkan dalam Injil Lukas dan ditegaskan kembali dalam ajaran Rasul Paulus (Filipi 2:6–7), merupakan inti dari peristiwa Natal: Allah meninggalkan kemuliaan-Nya untuk hadir di tengah manusia dan menanggung beban kehidupan mereka.
Baca Juga:
RISHA Disiapkan, PKP Percepat Penanganan Hunian bagi Warga Terdampak Banjir Bandang
Maka, perayaan Natal sesungguhnya adalah ajakan moral untuk meneladani kerendahan hati, kepedulian, dan keberpihakan Tuhan kepada mereka yang miskin, menderita, dan tersisihkan.
“Dengan spirit ini, Panitia Nasional Natal merancang seluruh rangkaian perayaan Natal tahun ini untuk kembali kepada esensinya. Seperti pesan utama Natal, Presiden Prabowo Subianto mengimbau agar Natal Nasional diselenggarakan dengan sederhana, menggunakan biaya seefisien mungkin, sedikit formalitas, dan memberikan dampak kepada masyarakat lewat aksi nyata yang dilakukan dengan tulus,” kata Ketua Panitia Natal Nasional Maruarar Sirait, Selasa (09/12/2025).
Natal bukan ajang kemewahan atau pesta hura-hura, melainkan kesempatan untuk mewujudkan kasih dalam tindakan nyata. Kesederhanaan perayaan Natal, kata Maruarar, tercermin pada acara puncak yang dilaksanakan secara efisien, hanya menggunakan maksimal 30% dari dana yang dihimpun dari para donatur.