WahanaNews.co | Sejak 14 Oktober lalu, Bali telah membuka pintu bagi para wisatawan mancanegara.
Namun sampai saat ini belum ada laporan kedatangan internasional ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Baca Juga:
Dispar Optimis 238 Desa Wisata Bali Semakin Dilirik oleh Turis
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, mengatakan, masih sepinya penerbangan regular dari 19 negara di Bandara Ngurah Rai Bali bisa dikarenakan wisatawan mancanegara memerlukan waktu lebih untuk mempersiapkan berbagai dokumen perjalanan.
“Untuk charter flight sudah ada yang berkomunikasi langsung dengan kami dari Rusia dan Ukraina," ujarnya, Senin (18/10/2021).
Sejauh ini, Indonesia baru mengizinkan warga dari 19 negara masuk wilayahnya.
Baca Juga:
Diplot Jadi Ikon Wisata Unggulan Bali, Sanur Dipermak Habis
Mereka adalah Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Liechtenstein, Italia, Perancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria dan Norwegia.
Para pelancong yang ingin datang ke Bali memang wajib memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain melampirkan bukti sudah melakukan vaksinasi lengkap dengan waktu minimal 14 hari sebelum keberangkatan yang dibuat dalam Bahasa Inggris serta memiliki hasil RT-PCR negatif dalam kurun waktu 3 x 24 jam.
Mereka juga wajib menjalani karantina selama lima hari dan dilakukan dengan pembiayaan mandiri.
Yang tak boleh dilewatkan, para wisatawan harus memiliki asuransi kesehatan dengan nilai pertanggungan minimal setara Rp 1 miliar dan mencakup pembiayaan penanganan Covid-19.
Sejalan dengan pembukaan itu, Sandiaga mengatakan pihaknya turut mempromosikan pembukaan Bali untuk wisatawan mancanegara melalui kerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW) di 19 negara.
Selain itu, promosi dilakukan melalui own media serta perwakilan Indonesia di negara-negara tersebut.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, menjelaskan, ada beberapa alasan yang mendasari belum adanya maskapai penerbangan berjadwal dari luar negeri yang belum singgah ke Bali.
Salah satunya adalah maskapai yang masih menganalisis tingkat permintaan untuk berpergian ke Bali.
Maskapai, kata Adita, kemungkinan masih menghitung berapa jumlah menumpang potensial yang didapat dengan kebijakan terbaru itu.
Selain itu, kenaikan tingkat permintaan sangat tergantung pada hasil sosialisasi dan promosi oleh maskapai kepada calon penumpang.
Proses untuk menggenjot permintaan ke Bali itu, menurut dia, juga butuh waktu yang tak singkat.
“Proses ini butuh waktu. Jadi jika saat ini belum ada permintaan slot, kami rasa masih wajar karena dibutuhkan proses promosi dan sosialisasi tadi," kata Adita. [dhn]