Ia pun mendekat ke gerbang stadion, mencari tahu apa yang sedang terjadi. Ternyata yang ia dapati adalah gedoran dari arah dalam dilanjutkan teriak-teriakan minta tolong.
"Saya berada dekat gate 10, di situ pertama kali saya dengar ada suara gedor-gedor pintu, suara minta tolong, suara jeritan," ucapnya.
Baca Juga:
Ingat Suporter Mengerang di Kanjuruhan, Panpel Arema FC Menangis
Ia kemudian melihat seorang perempuan sudah tak sadarkan diri. Eko dan kawannya pun mengevakuasi perempuan tersebut ke tempat yang lebih aman.
"Pertama kali saya lihat ada perempuan sudah lemas, pingsan. Sama rekan-rekan ditolong. Setelah itu satu, dua, tiga, jumlah korban terus bertambah. Saya menolong ada lima orang," kata dia.
Eko kemudian melihat hal yang lebih parah di gate 13 dan 14. Di sana dia menyaksikan sendiri banyak perempuan dan anak-anak yang tergeletak. Posisinya bertumpukan.
Baca Juga:
Sidang Kanjuruhan, Ahli: Gas Air Mata Tak Bisa Dideteksi di Jenazah
Dia mencoba membuka paksa pintu gerbang gate 13, dengan segala cara. Tapi upayanya itu tak berhasil karena pintu hanya terbuka sebagian.
Di tengah cerita, Eko kemudian tak bisa meneruskan perkataannya. Tangisannya pecah, dia hanya bisa tertunduk.
"Di gate 13 di situlah titik semacam kuburan massal teman-teman saya, Aremania. Aku enggak kuat mas," ujar Eko sambil terisak.