WahanaNews.co | Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat 7,07
persen pada kuartal II 2021.
Perekonomian tanah air
akhirnya lepas dari resesi yang menjerat pada beberapa kuartal terakhir akibat
dampak pandemi virus Corona
atau Covid-19.
Baca Juga:
Kini Berjumlah 1.403 Orang, Orang Super Kaya Indonesia Terus Bertambah
"Pertumbuhan
ekonomi tumbuh 3,31 persen secara q-to-q
dan 7,07 persen secara y-o-y,"
ungkap Kepala BPS,
Margo Yuwono,
saat pengumuman data ekonomi Indonesia kuartal II 2021 secara virtual, Kamis
(5/8/2021).
Bila dibandingkan secara
kuartalan maupun tahunan, pertumbuhan ini lebih tinggi dari minus 0,74 persen
pada kuartal I 2021 dan minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
Sementara secara
akumulatif, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,1 persen pada semester
I 2021 dari semester I 2020.
Baca Juga:
Saat Pemerintah Jadi Pelaku Ekonomi
Berdasarkan nominal,
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mencapai Rp 2.772,8
triliun pada kuartal II 2021.
Sementara, Angka Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp 4.175,8 triliun pada periode yang sama.
Margo menjelaskan, realisasi pertumbuhan ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekspor yang meningkat sebesar 10,36 persen dari kuartal I 2021 dan
tumbuh 55,89 persen dari kuartal II 2020.
Peningkatan ekspor
terjadi karena pulihnya perdagangan global dan meningkatnya permintaan dari sejumlah negara mitra dagang.
"Peran ekspor
menjadi sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," imbuhnya.
Selain itu juga didukung
oleh peningkatan impor yang mengonfirmasi pertumbuhan industri di dalam negeri,
di mana impor naik 50,12 persen dari kuartal II 2020 dan meningkat 9,88 persen
dari kuartal I 2021.
Dari dalam negeri, Margo
mengatakan, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh meningkatkan
mobilitas masyarakat di kuartal II 2021.
Hal ini tercermin dari
peningkatan mobilitas masyarakat ke tempat berbelanja hingga ke luar kota yang
terpantau melalui perjalanan menggunakan berbagai moda transportasi.
"Misalnya, untuk
penerbangan domestik untuk April, Mei, Juni 2021 ini lebih baik dari April,
Mei, Juni 2020," katanya.
Lebih lanjut,
peningkatan mobilitas turun mengerek tingkat konsumsi masyarakat dan investasi.
Salah satunya tercermin
dari penjualan sepeda motor yang naik 10,65 persen pada kuartal II dari kuartal
I 2021 dan 268,64 persen dari kuartal I 2021.
"Selain itu juga
tercermin dari peningkatan PPh 21 sebesar 5 persen dan PPN barang mewah sebesar
8 persen," tuturnya.
Sementara, bila dibandingkan dengan sejumlah negara mitra
dagang, realisasi pertumbuhan berada di bawah Singapura (14,3 persen),
Uni Eropa (13,2 persen),
Amerika Serikat (12,2
persen), China (7,9
persen), dan Hong Kong (7,5 persen).
Namun, lebih tinggi dari
Vietnam (6,6 persen)
dan Korea Selatan (5,9
persen).
"Ekonomi beberapa
negara mitra dagang Indonesia pada kuartal II 2021 telah menunjukkan
pertumbuhan positif. Perbaikan ini selain karena pemulihan ekonomi tapi juga
ada karena low based di kuartal
sebelumnya," jelasnya.
Hal ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan indeks PMI global yang naik dari 54,8 persen menjadi 56,6 persen
pada Juni 2021.
Selain itu juga didukung
oleh kenaikan harga komoditas dunia, seperti gandum, minyak kelapa sawit,
kedelai, timah, aluminium, dan tembaga.
Kendati begitu,
realisasi pertumbuhan ini sesuai dengan target
Presiden Joko Widodo alias Jokowi
yang
mencapai 7 persen.
Begitu juga dengan
harapan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berkisar
7 sampai 7,5 persen. [dhn]