WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengeluarkan penjelasan tambahan terhadap pernyataan yang menyebut potensi tsunami hingga delapan meter di Cilegon atau kawasan wisata di Selat Sunda.
Potensi tsunami skenario terburuk itu disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat rapat kerja di DPR, Rabu (1/12/2021).
Baca Juga:
22 Tsunami Gate dan 20 Akselerograf Siap Deteksi Bahaya Megathrust di Banten
Saat itu, Dwikorita bicara tentang prediksi cuaca buruk akhir tahun ini hingga awal 2022, namun untuk tsunami 8 meter tidak berarti diprediksi juga akan terjadi di periode yang sama.
BMKG, dalam penjelasan tertulisnya, dikutip dari akun resminya di Twitter, tidak bermaksud memberikan prediksi bahwa akan terjadi tsunami selama periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
“Cilegon hanya sebagai contoh salah satu wilayah yang rawan dan memiliki potensi tsunami seperti halnya wilayah lain di Indonesia yang memiliki potensi dan catatan sejarah tsunami,” bunyi keterangan tersebut.
Baca Juga:
Mitigasi Megathrust: BMKG Apresiasi Daerah yang Siap, Tapi Tantangan Tetap Ada
BMKG menegaskan, gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, namun tidak dapat dipastikan atau diprediksi dengan tepat kapan waktunya akan terjadi.
Catatan katalog tsunami BMKG menunjukkan bahwa di wilayah Indonesia sejak 1608 sudah terjadi tsunami lebih dari 246 kali, “Sehingga kita semua patut waspada.”
Sedangkan untuk curah hujan, prediksi BMKG pada Desember 2021 dan Januari 2022, dimana terdapat periode Natal dan Tahun Baru, menunjukkan umumnya berada pada kategori menengah hingga tinggi (100-500 mm per bulan).