WahanaNews.co | PT PLN (Persero) menambah kapasitas pembangkit berbasis hidro,
yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTM), sebanyak 142,8 MW per Juni lalu.
Dengan penambahan tersebut, maka total
kapasitas dari seluruh PLTA dan PLTM yang dikelola PLN menjadi 5.214 MW.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
"Dari total kapasitas pembangkit
EBT sebesar 7.999 MW yang saat ini beroperasi, porsi kapasitas pembangkit hidro
(PLTA dan PLTM) merupakan penyumbang terbesar di antara pembangkit EBT (energi
baru terbarukan) lainnya," kata Executive Vice President Komunikasi
Korporat dan CSR PLN, Agung Murfidi, dalam keterangan resminya, Selasa
(10/8/2021).
PLN terus meningkatkan bauran EBT di
sektor kelistrikan.
Hingga semester I-2021 (Januari-Juni), ada 10 PLTM sudah mendapat Sertifikat Layak
Operasi/beroperasi, antara lain PLTM Cikaso 3 berkapasitas 9,9 MW, PLTM Cibuni
Mandiri (2 MW), PLTM Cikandang (6 MW), PLTM Lawe Sikap (7 MW), PLTM Cibanteng (4,2 MW).
Baca Juga:
PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor
Selain itu, PLTM Kumbi Sedau (0,9 MW), PLTM Gunung Wugul (3,3 MW), PLTM Parmonangan-2 (10 MW), PLTM Pelangai Hulu (9,8 MW), dan PLTA Malea (90 MW).
"Proyek-proyek ini merupakan wujud nyata
transformasi PLN melalui aspirasi Green, dengan terus meningkatkan bauran EBT dalam penyediaan listrik
nasional," ujar Agung.
PLN sedang membangun tiga PLTA yang
masuk dalam proyek strategis nasional dan diharapkan dapat beroperasi dalam
waktu dekat.
Misalnya, PLTA Jatigede berkapasitas
110 MW yang kini progresnya mencapai 86,06 persen, serta PLTA Peusangan 1 dan 2
berkapasitas 87 MW dengan progres di kisaran 87,02 persen.
Tak hanya itu, PLN juga menyiapkan
rencana konversi pembangkit dari sumber-sumber berbasis fosil ke EBT.
Pada tahap pertama, PLN mengonversi
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di 200 lokasi ke EBT.
Agung mengatakan, rencana tersebut
merupakan bagian dari pemenuhan target 23 persen EBT pada bauran energi pada
2025.
Komitmen yang sama ditegaskan untuk
pencapaian net zero emission pada
2060.
Kemudian, PLN juga akan melakukan
pensiun bertahap bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki.
"Kami menyiapkan peta jalan retirement (pensiun) PLTU batubara untuk
mencapai karbon netral pada 2060. Tahapan monetisasi PLTU batubara sebesar 50,1
GW hingga 2056 akan dilaksanakan dan menggantinya dengan EBT secara bertahap,"
tutur Agung.
Untuk menggenjot pembangunan
pembangkit EBT, khususnya PLTA dan PLTM, PLN membutuhkan kerjasama antar-BUMN, seperti halnya menggandeng
Kementerian PUPR dalam pemanfaatan bendung atau waduk multiguna, atau kerjasama
melalui skema IPP (swasta).
Selain itu, PLN juga membuka peluang
untuk bekerja sama dengan para pengembang dari dalam maupun luar negeri.
"PLN membuka peluang bagi pengembang
atau investor. Baik lokal maupun internasional dalam pengembangan pembangkit
EBT Hidro dengan berlandaskan prinsip Good
Corporate Governance (GCG)," ujar Agung.
Agung mengatakan, PLN akan cermat dalam membangun pembangkit EBT.
Apabila di suatu daerah suplai
listriknya sudah melebihi kapasitas, maka penambahan pembangkit perlu
diselaraskan dengan kebutuhan sistem.
"Pertama, keselarasan
supply dan demand. Kedua, affordability
(keterjangkauan) dan berikutnya sudah barang tentu environmental (aspek lingkungan)," ucap dia. [qnt]