Latief cerita, saat itu para pengibar bendera mengambil bambu jemuran untuk mengibarkan Bendera Pusaka Merah Putih.
Alasan memilih bambu jemuran, kata Latief, tiang yang digunakan untuk mengibarkan bendera merupakan bambu jemuran yang telah dipasangi tali untuk mengerek bendera.
Baca Juga:
Peringatan Hut Kemerdekaan RI, Gerakan Pemuda Kei (GPK) akan Gelar Upacara di Pulau Kei-Kei
“Sebenarnya di halaman depan itu ada dua tiang bendera yang lebih bagus. Tapi kami memilih tiang bendera baru. Kami tak mau menggunakan tiang bendera yang ada hubungannya dengan Jepang," tutur dia.
Pada zaman pendudukan Jepang, bendera Merah Putih sudah boleh dikibarkan asal selalu didampingi bendera Jepang 'Hino-maru'.
"Itulah perasaan kami waktu itu. Bendera Merah Putih jangan ada sangkut pautnya dengan apa saja yang berbau atau bekas Jepang," ujarnya.
Baca Juga:
Perkuat Sektor Pertanian Lewat GBN 2022 : Jadikan Buah Nusantara Tuan Rumah di Negeri Sendiri dan Wujudkan Kesejahteraan Petani
Dia pun mengaku tak tahu secara pasti siapa yang mengatur agar dirinya menjadi salah satu pengibar bendera.
Menurutnya, hal itu dilakukan untuk mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta.
Sebab, dalam peraturan Jepang saat itu, siapa pun yang mengibarkan bendera Merah Putih saja tanpa Hino-maru, berarti salah.