WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyentil imigrasi setelah menerima keluhan dari para investor terkait sulitnya mengurus visa di imigrasi.
Jokowi menyebut imigrasi seharusnya memudahkan dan melayani.
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
Hal ini disampaikan Jokowi saat memimpin rapat bersama jajarannya yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, (9/9/2022).
Rapat ini secara khusus membahas mengenai visa on arrival (VoA) dan Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas).
"Jadi yang kita lihat dan disampaikan ke saya, banyak, baik dari investor, baik mengenai turis, baik mengenai orang yang ingin dapat kitas izin tinggal, auranya yang saya rasakan itu, imigrasi ini masih mengatur dan mengontrol. Sehingga apa? Akhirnya apa? Menyulitkan. Ini yang diubah total, harus. Yang seharusnya auranya adalah memudahkan dan melayani. Harus berubah total. Kalau kita ingin investasi datang, turis datang, harus diubah," ujar Jokowi.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
Jokowi kembali memastikan agar pelayanan imigrasi lebih melayani dan meninggalkan gaya-gaya lama, serta meminta agar jajaran imigrasi di ganti bila tidak dapat melakukan perubahan.
Menurut Jokowi, visa maupun Kitas bagi para investor maupun tenaga ahli asing akan memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia.
"Ini yang begini-begini ini bermanfaat sekali bagi rakyat kita. Kita harus mulai betul-betul, Pak Menteri, mengubah ini, Pak. Ganti itu kalau kira-kira memang enggak punya kemampuan untuk reform seperti itu, ganti semuanya dari dirjen sampai bawahnya, ganti, akan berubah. Kalau ndak, enggak akan berubah," tandasnya.
Jokowi juga menyoroti soal visa dan Kitas.
Jokowi ingin pemberian visa dilihat dari besarnya investasi, jumlah lapangan kerja yang terbuka hingga kontribusi terhadap peningkatan ekspor.
"Jadi orang diberikan, baik itu yang namanya visa, yang namanya kitas-kalau kita ya-mereka melihat itu. Kalau dia investor, investasinya berapa, sih? Dia lihat, negara itu pasti lihat. Dia membuka lapangan kerja berapa ribu orang, sih? Atau memberikan kontribusi terhadap ekonomi kita berapa, sih? Orientasinya mesti harus ke sana. Atau meningkatkan ekspor berapa, sih?" paparnya. [rsy]