Karena itu, Budi mengajak seluruh masyarakat di Yogyakarta-Solo dan sekitarnya untuk memanfaatkan fasilitas KRL dengan maksimal.
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, operator, dan juga para pemangku kepentingan terkait agar angkutan massal di Solo-Yogya semakin terintegrasi antar modanya sehingga semakin mudah diakses,” tutur dia.
Baca Juga:
Enam Orang Tewas dalam Kecelakaan Mobil dengan Kereta Api di Deli Serdang
Budi berharap, jalur KRL dapat terus diperpanjang agar dapat semakin banyak daerah yang dilayani dan turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah yang dilalui.
Tidak hanya di Jawa, pengembangan KRL juga akan terus dilakukan di luar pulau Jawa seperti di Sumatera dan daerah lainnya.
Selain ramah lingkungan, kehadiran KRL Yogyakarta-Solo yang menggantikan Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRD Prameks) ini juga merupakan komitmen pemerintah untuk terus mendukung industri dalam negeri agar dapat terus meningkatkan daya saingnya dengan produk luar negeri.
Baca Juga:
KAI Luncurkan Film Pendek Ruang Tunggu, Berceritera Ketertarikan Masyarakat Terhadap Transportasi Kereta Api
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, menjelaskan, KRL merupakan salah satu moda angkutan massal yang memilik sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan moda lainnya.
Sejumlah keunggulannya yaitu memiliki emisi yang rendah (ramah lingkungan), kehandalan layanan dalam jangka panjang, efisiensi pergerakan, kapasitas angkut yang tinggi, dan memperkuat struktur tata ruang.
KRL Yogyakarta-Solo yang dioperatori oleh PT KCI ini juga memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan kereta api pendahulunya, yaitu Kereta Rel Diesel Prambanan Ekspress (KRDE Prameks).