Emil mencontohkan luasan Washington DC yang hanya mencapai 17 ribu hektar atau setara dengan luasan Kota Bandung.
Dengan luas IKN yang luar biasa tersebut, pihaknya khawatir masyarakat yang hendak mengakses istana negara mirip dengan memasuki kawasan industri.
Baca Juga:
Pembangunan IKN Dimulai, Material Mulai Berdatangan, Ops Nusantara Lakukan Pengamanan
Karena itu pihaknya mengingatkan bahwa dalam mendesain ruang sebuah kota ataupun IKN maka pembangunan harus berprinsip seperti membuat baju, tidak sempit dan longgar.
“(Kegagalan) itu terjadi di Brazilia, itu terjadi di ibukota Myanmar di mana-mana, (pembangunan fisik) berusaha menaklukan tanah seluas-luasnya, lupa bahwa manusia itu punya batas-batas psikologis, batas-batas motoris yang harus disusun," katanya.
Makanya, kata dia, sebenarnya saya tidak suka kampus-kampus di Indonesia yang terlalu jauh-jauh bangunannya.
Baca Juga:
Ingatkan KPU, Ketua MPR RI Sebut Pemekaran Wilayah Berpotensi Hambat Pemilu 2024
Jadi antar bangunan harus naik mobil turun mobil dan sebagainya.
"Lama-lama karena kebiasaan tidak menciptakan kota dengan ukuran skala yang benar, kita jadi terbiasa menerima budaya bahwa menikmati arsitektur harus naik mobil,” katanya.
Ridwan Kamil mencontohkan pula soal Dubai yang sukses menjadi kota berasitektur modern, indah dan inovatif namun tidak nyaman untuk menjalani kehidupan.