Ia bercerita Sukarno tidak memiliki rumah hingga meninggal dunia. Melihat kondisi tersebut, Sultan Hamengkubowono IX berinisiatif untuk membantu.
"Nah atas inisiatif banyak Bapak Hamengkubuwono IX, itu mempunyai ide mengumpulkan kalau sekarang konglomerat Indonesia untuk urunan membuatkan Bung Karno sebuah rumah, dan rumah itu sekarang sudah jadi di mana disebutkan rumah itu terkenal sebagai rumah Batu Tulis," kata Guntur.
Baca Juga:
KPU Karo Menunggu Laporan Harta Kekayaan Caleg Terpilih untuk Pelantikan DPRD 2024-2029
Ia mengatakan rumah itu diberi nama oleh Hing Puri Bima Sakti. Atas dasar itu, ia kembali menegaskan soal salah kaprah yang menyebut lokasi tersebut Istana Batu Tulis.
"Tapi celakanya, orang-orang awam kita ini, apalagi yang pengamat sosial politik itu menganggap rumah Batutulis itu Istana. Istana yang termasuk jajaran Kementerian Sekretariat Negara," kata Guntur.
"Padahal tidak sama sekali. Bukan (Istana). Rumah Batu Tulis," imbuh dia.
Baca Juga:
Edi Darmawan Sebut Harta Keluarga Jessica Ludes Diperesin Sama Otto
Buku terbaru yang diluncurkan Guntur diberinya judul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati: Humaniora, Sejarah, dan Nasionalisme Internasionalisme'.
Buku itu diluncurkan bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun (HUT) yang ke-80 Guntur. Dia menjelaskan buku itu bercerita tentang kejadian pada 1967, ketika Sukarno sudah tidak menjabat sebagai Presiden RI.
Selain buku yang baru diluncurkan, Guntur sebelumnya juga sempat menulis sejumlah buku pula. Beberapa di antaranya adalah 'Intelijen dan Diplomasi Dahulu dan Kini' (2022), dan Bung Karno Bapakku Kawanku Guruku (1978).