WahanaNews.co | Menteri
Keuangan Sri Mulyani blak-blakan menyebutkan, produktivitas sumber daya manusia
(SDM) RI sangat rendah jika dibandingkan negara-negara lain di Asia, seperti
China, India, bahkan Filipina. Hal itu tercermin dari rendahnya sumber
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia terhadap total factor
productivity (TPF).
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I/2024 Capai 5,17%
TPF menggambarkan produktivitas dari tingkat efisiensi
penggunaan kombinasi input kapital dan tenaga kerja, termasuk aspek peningkatan
teknologi. Rendahnya TPF mencerminkan tingginya inefisiensi dalam suatu proses
produksi.
"Ini terlihat dalam komparasi terhadap negara-negara
lain. Dihitung dari total factor productivity, maka kita lihat sumber daya
manusia Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain masih di bawah,"
ujarnya dalam webinar bertajuk 'Akselerasi Indonesia Maju Melalui Penanaman
Modal dan Insentif Fiskal', Kamis (1/4).
Ani, sapaan akrabnya, menjelaskan pertumbuhan PDB Indonesia
yang sebesar 5,3 persen pada 2017berasal dari 4,6 persen kapital dan 0,6 persen
tenaga kerja. Sementara, kontribusi TPF terhadap pertumbuhan PDB Indonesia
hampir nol persen.
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Sebut Pembangunan IKN Habiskan Rp72,1 Triliun dari APBN
"Setiap kali kita mau grow (tumbuh), kita hanya
didominasi oleh nambah modal yang banyak dan menambah jumlah tenaga kerja.
Nyaris tidak ada TPF," imbuhnya.
Hal tersebut jauh berbeda dengan China yang TPF-nya
berkontribusi sebesar 2,3 persen dari total pertumbuhan PDB sebesar 7,3 persen
pada periode yang sama.
Sementara, kontribusi kapital dan tenaga kerja terhadap PDB
China masing-masing 4,8 persen dan 0,1 persen.
"Itu artinya kita lebih banyak tumbuh dengan menggunakan
otot dan keringat, tapi tidak menciptakan nilai tambah berdasarkan
inovasi," jelasnya.
Menurut Ani, minimnya kontribusi TPF dalam pertumbuhan PDB
RI disebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia serta tenaga kerja
yang mayoritasnya berada di sektor informal. Selain itu, rendahnya TPF juga
disebab minimnya utilisasi dan adopsi teknologi.
"Persoalan demografi muda merupakan kekuatan Indonesia.
Namun, kalau kita tidak membuat SDM kita mampu berinovasi dan bisa terus
bekerja dengan teknologi sehingga produktivitasnya naik, maka kita selalu
outcompete," tandasnya. [qnt]