Berdasarkan buku "Potensi Logam
Tanah Jarang di Indonesia" Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2019, logam
tanah jarang (LTJ) ini merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk
"critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur, antara lain scandium
(Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd),
promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb),
dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb),
lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Meskipun demikian, unsur-unsur
tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi
untuk ditambang secara ekonomis.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
Ketujuh belas unsur logam ini
mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu
endapan secara geologi.
Mineral yang mengandung LTJ utama
adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit.
Mineral tersebut merupakan mineral
ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
Tidak hanya itu, ternyata logam tanah
jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.
Adapun cadangan logam tanah jarang
terbesar dunia terdapat di China.
Selain penyimpan logam tanah jarang
terbesar di dunia, China juga merupakan produsen LTJ terbesar di dunia.