Ihwalnya, sejauh ini nama Puan masih berada di posisi buncit pada sejumlah hasil survei.
"Memang, saat ini ada sebagian internal PDIP yang mencoba merayu dan merasionalkan pikiran Bu Megawati Soekarnoputri beserta para pendukungnya untuk tidak mencapreskan Puan, karena takut kalah. Pandangan itu didasarkan pada asumsi-asumsi dasar yang diperoleh dari hasil-hasil survei, meskipun angka elektabilitas masing-masing figur tidak ada yang bisa mendominasi," ujar dia.
Baca Juga:
Mustikaningrat Tampil Memukau, Visi Ekonomi Sumedang Sugih Jadi Sorotan Debat Pilkada
Namun, apabila PDIP tak mencalonkan Puan, dia meragukan kepatuhan tokoh tersebut kepada sang ketum dan para pendukung Soekarno.
Dia menilai bisa saja tokoh yang didukung itu akan meninggalkan PDIP dan dikendalikan oleh pihak-pihak di lingkaran Istana.
Dengan kata lain, lanjut dia, tak tertutup kemungkinan adanya figur yang bakal mengkhianati Megawati.
Baca Juga:
Sengaja Dihapus, Foto Rano Karno Bersama Terduga Kasus Judi Online Lenyap dari Instagram
"Tapi, logika itu tak ubahnya pikiran semu. Sebab, jika PDIP mencalonkan tokoh lain selain Puan dan kemudian calon itu menang, maka belum tentu capres-cawapres terpilih itu akan tunduk dan patuh kepada Megawati bersama para pendukung Soekarnoisme lainnya. Bisa saja, tokoh yang didukung itu akan meninggalkan PDIP dan lebih nyaman bermain-main dan dikendalikan oleh pihak-pihak di lingkaran istananya setelah terpilih nanti," kata dia.
"Artinya, seandainya capres PDIP yang bukan Puan menang, kemungkinan ia berkhianat kepada Bu Mega sangat tinggi. Belajar dari pengalaman tersebut, apakah itu yang diartikan sebagai 'kemenangan' oleh Bu Megawati dan PDIP? Apalagi kalau sampai tokoh non-Puan yang akan didukung PDIP itu kalah? Akan lebih tragis lagi," lanjutnya.
Berdasarkan argumen-argumen itu, Umam menyebut PDIP harus realistis dalam memilih figur yang akan diusung.