WAHANANEWS.CO, Magelang - Upaya pemerintah dalam membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Pasuruhan di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur menuai pujian dari berbagai kalangan.
Salah satunya datang dari Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran, yang menilai pembangunan TPST ini sebagai langkah konkret menjaga kehormatan dan daya saing pariwisata Indonesia di mata dunia.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Pusat Percepat Pembangunan Kawasan Ekonomi Dunia Pelabuhan Kuala Tanjung
“Tempat wisata harus bebas sampah. Tidak ada kompromi soal ini. Borobudur adalah wajah Indonesia di mata dunia. Kalau kawasan sekitarnya kumuh dan penuh limbah, yang tercoreng bukan hanya reputasi pariwisata, tapi juga martabat bangsa,” ujar Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, Jumat (13/6/2025).
Pembangunan TPST Pasuruhan yang kini telah rampung 100 persen, menurut Tohom, mencerminkan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam membenahi persoalan mendasar yang selama ini kerap diabaikan: manajemen sampah di destinasi wisata.
“Presiden Prabowo paham, pariwisata tidak bisa dilepaskan dari isu keberlanjutan. Infrastruktur seperti TPST bukan proyek tempelan, tapi elemen fundamental agar tempat wisata benar-benar berkelas dunia,” lanjutnya.
Baca Juga:
Dipakai untuk Supermarket, Pabrik, dan Area Publik, ALPERKLINAS Apresiasi Panel Surya Karya Anak Bangsa Diborong Brasil
TPST Pasuruhan dibangun di atas lahan 3 hektare dan mampu mengolah hingga 100 ton sampah per hari. Dilengkapi teknologi Refused Derived Fuel (RDF), fasilitas ini mampu mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif untuk industri semen.
Bagi Tohom, teknologi ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi ekonomi sirkular berbasis sampah.
“Sampah jangan dilihat sebagai musibah, tapi peluang. Dengan RDF, kita ubah beban menjadi sumber daya. Itu yang saya sebut solusi cerdas,” katanya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watchini ini menilai pembangunan TPST ini dapat menjadi model nasional untuk pengelolaan sampah di kawasan wisata lain, termasuk di Bali, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Ia mendorong agar setiap kawasan aglomerasi pariwisata diberi prioritas pendanaan untuk fasilitas serupa.
“Kita harus berpikir terintegrasi. Aglomerasi wisata adalah simpul ekonomi regional, maka manajemen limbahnya pun harus sistemik dan modern. Pemerintah pusat dan daerah wajib bergandengan,” ucapnya tegas.
Ia juga mengingatkan pentingnya pemeliharaan dan pengawasan berkala terhadap TPST yang telah dibangun.
“Jangan sampai semangatnya hanya di awal pembangunan, tapi lalai saat operasional. Kualitas pariwisata jangka panjang ditentukan oleh konsistensi dalam pengelolaan,” tandas Tohom.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dody Hanggodo, menyampaikan bahwa pembangunan TPST Pasuruhan merupakan bagian dari strategi nasional untuk menjaga kebersihan lingkungan di kawasan Borobudur.
Ia menyebut masalah sampah menjadi fokus utama Presiden Prabowo Subianto dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
“Harapan kita, lingkungan di sekitar Borobudur lebih bersih dan sehat, karena ini kawasan budaya dan destinasi wisata dunia,” kata Menteri Dody saat meninjau lokasi pada 23 Mei lalu.
Pembangunan TPST Pasuruhan digarap sejak Desember 2023 oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya dengan nilai anggaran Rp82,4 miliar.
Proyek ini juga mencakup pembangunan berbagai infrastruktur pendukung seperti instalasi pengolahan lindi, tempat pencucian truk, dan kantor operasional.
Diharapkan dengan selesainya pembangunan ini, Borobudur tidak hanya dikenal karena keindahan dan nilai sejarahnya, tetapi juga sebagai destinasi wisata yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]