WahanaNews.co l Dua orang Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) asal Kabupaten Belu, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), Phiter Tunab Nani alias Piter (27) dan Klaudius Ukat
alias Yus (26) dikabarkan hilang di Afrika Selatan sejak delapan hari lalu,
tepatnya tanggal 26 Februari 2021.
Baca Juga:
KBRI Ungkap PMI Meninggal Korban Penembakan Merupakan Warga Riau
Informasi ini didapatkan dari rekan kerja mereka yang
bernama Martin Benyamin dan Franky Tendean selaku saksi mata, meyampaikan
melalui WhatsApp Group yang kemudian disampaikan kepada kedua orang tua
korban di Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu, Atambua pada Sabtu (6/3/2021)
sore.
Menurut orang tua dari kedua korban, Piter dan Yus
berprofesi sebagai ABK di kapal ikan yang ditempatkan oleh perusahan resmi.
Baca Juga:
Imbauan Kemlu: WNI Diharapkan Tidak Bepergian ke Lebanon, Iran, dan Israel
Keduanya bekerja ke luar negari lewat jalur resmi dan
memiliki dokumen lengkap. Piter bekerja di PT. Lumbung Arta Samudra sedangkan
Yus bekerja dikapal Der Hai 16. Kapal ikan tempat mereka bekerja itu beroperasi
di Afrika.
Dari pernuturan Martin dan Franky, yang juga saksi mata, Piter
yang berasal dari Fatubenao-Belu dibacok di wajah bagian pipi oleh rekan
kerjanya yang berasal dari Vietnam.
Piter sempat mengirimkan foto wajahnya yang terkena bacok ke
Group WhatApp.
Perwakilan dari keluarga, Stefanus Bouk dan kedua orang tua
korban mengatakan, Piter dan Yus bekerja sebagai ABK di kapal ikan. Keduanya
bekerja di kapal yang berbeda. Piter di kapal WEI Fa Ct dan Yus di Kapal
Frozen. Tanggal 26 Februari 2021, kedua kapal itu berlabuh di Pelabuhan
Mauritius Afrika Selatan.
Piter bersama enam rekan asal Indonesia duduk minum bersama
saat itu dalam kapal sebagai moment perpisahan karena Piter hendak pulang ke
Indonesia tanggal 28 Februari. Termasuk Yus yang bekerja di kapal lain juga
diajak bergabung karena merasa sesama pekerja asal Indonesia, khususnya dari
Belu.
Saat itu, pekerja asal Indonesia yang berada dalam kapal
sebanyak tujuh orang. Menurut keluarga, dari tujuh orang itu, empat orangnya
berasal dari NTT. Piter dan Yus dari Belu, satu orang dari TTU dan satu lagi
dari Lembata sedangkan lainnya dari Jawa.
Entah apa penyebab utamanya, saat itu terjadi cekcok dalam
kapal antara tujuh pekerja asal Indonesia dengan sesama ABK asal Vietnam. Piter
tekena bacok satu kali di bagian pipi. Sementara Yus dalam kondisi baik karena
ketika terjadi cekcok, ia sedang tidur di kamar.
Informasi cekcok dalam kapal ini dibenarkan rekan kerja
mereka bernama Pandi saat dihubungi wartawan dari Atambua ke Afrika. Pandi
berada di kapal lain namun sempat melihat ada cekcok dalam kapalnya Piter.
Menurut keluarga, saat terjadi cekcok, tiba-tiba kapal lepas
jangkar dan bergeser dari pelabuhan menuju ke tengah laut. Yus sempat teriak
minta turun dari kapal itu supaya kembali ke kapalnya yang lagi berlabu
berjejer di pelabuhan. Namun jaraknya sudah jauh sehingga ia terpaksa bertahan
dalam kapal.
Kejadian yang terjadi dalam kapal itu diinformasikan ke
teman-teman pekerja Indonesia lewat Grup WA mereka. Lalu, anggota grup
melaporkan kejadian itu ke KBRI dan ke pihak kepolisian. Anggota grup sempat
menghubungi Piter dan masih berkomunikasi. Namun 20 menit kemudian, Piter dan
Yus tidak bisa dihubungi lagi.
Menurut keluarga, dua hari kemudian, kepolisian setempat
melakukan penyelidikan dengan memeriksa orang-orang dalam kapal yang sudah
berlabu jauh dari pelabuhan. Hasil penyelidikan polisi, tujuh orang asal
Indonesia tidak ada lagi dalam kapal tersebut. Tak hanya itu, barang milik
ketujuh orang asal Indonesia juga hilang. ABK yang masih berada dalam kapal
hanya orang asal Vietnam dan Filipina.
Kecurigaan orang tua semakin kuat kalau anak mereka
diperlakukan tidak wajar dalam kapal. Hingga saat ini, informasi keberadaan
Piter dan Yus belum pasti.
Orang tua dari Piter, Gabriel Ulutuna Benani dan orang tua
dari Yus, Bergita Telik meminta bantuan dari pemerintah Indonesia khususnya
Presiden Republik Indonesia, Kementrian Luar Negeri dan KBRI Indonesia untuk
mengusut tuntas kasus ini dan memberikan sanksi keras kepada pelaku dan
perusahaan yang memperkerjakan mereka.
Sementara itu, atas kejadian tersebut crew ABK seluruh
Indonesia yang bekerja di kapal asing mengutuk keras aksi kejahatan yang diduga dilakukan
oleh ABK asal Vietnam tersebut. (tum)