WahanaNews.co | Sebagai mantan prajurit yang kenyang dengan pengalaman tempur,
Jenderal TNI (HOR) (Purn) Luhut Binsar Panjaitan tentu sangat menjunjung tinggi
Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.
Oleh sebab itu, ia pernah sedikit berapi-api saat ada kritik keras yang menyudutkan
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca Juga:
Dalam rangka Memeriahkan Hari Bhayangkara ke-79, Polres Subulussalam Laksanakan Olahraga Bersama
Menurut data yang dikutip dari situs
resmi Akademi Militer (Akmil), Luhut adalah salah satu abituren yang meraih
penghargaan Adhi Makayasa.
Ya, pria yang saat ini menjabat
sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia tersebut adalah lulusan terbaik Akmil 1970.
Dalam sebuah wawancara pada 2007
silam, Luhut sempat menceritakan perjalanan kariernya sebagai seorang prajurit
TNI Angkatan Darat.
Baca Juga:
Siaga Merah di Kualanamu: Ancaman Bom Guncang Bandara, Jemaah Haji Dievakuasi
Jenderal bintang empat berusia 73
tahun ini pernah bertugas di sejumlah operasi militer, bersama satuan elite
Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Luhut mendapat pertanyaan seputar
adanya kritik keras terhadap TNI yang beredar di masyarakat.
Oleh sebab itu, Luhut mengungkap
bagaimana ia dan anak buahnya mempertaruhkan nyawa demi menjalankan tugas
mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mantan Komandan Satuan 81 Kopassus,
atau lebih dikenal dengan SAT-81/Gultor (Penanggulangan Teror), ini menyaksikan langsung bagaimana anak buahnya tewas dalam
pertempuran.
Luhut juga merasakan bisingnya
dentuman peluru hingga bunyi ledakan bom yang bisa membuat nyali orang biasa
ciut.
"Saya gendong ransel. Saya ngalamin bagaimana gendong ransel,
bagaimana ada tembakan peluru, bagaimana seorang letnan merayap, bagaimana anak
buah saya gugur di Timtim delapan orang. Saya merasakan semua itu. Saya melihat
prajurit saya berdarah-darah melaksanakan tugas," ujar Luhut.
Dari pengalamannya itu, Luhut merasa jika para prajurit TNI memiliki tugas yang sangat
berat.
Tak memungkiri, Luhut juga menerima
kritikan keras terhadap sejumlah kesalahan TNI di masa lampau.
Akan tetapi, Luhut merasa tidaklah
adil jika prajurit TNI selalu disalahkan.
Sebab,
menurutnya, kesalahan yang dilakukan prajurit TNI di masa lampau bukanlah hal
yang kolektif sengaja dilakukan.
Akan tetapi, ada sejumlah situasi yang
justru menjadi faktor utama timbulnya kesalahan-kesalahan itu.
"Jadi, kritik
pada TNI itu, betul memang TNI punya
kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tapi, itu bukan kesalahan-kesalahan kolektif
yang dibuat waktu itu. Itu dibuat oleh keadaan, keadaan yang buat itu. Tapi
apakah TNI harus dihujat terus, kan enggak juga," kata Luhut melanjutkan.
"Tapi, persepsi sudah terbentuk
bahwa TNI itu binatang yang busuk. Sekarang yang busuk apa, salahnya apa gitu?
Menurut saya, kadang-kadang enggak fair, kasihan prajurit-prajurit itu
dihujat, dihukum begitu aja. Padahal, orang-orang yang jelas-jelas merusak
ekonomi kita, yang korupsi beratus-ratus, berjuta-juta dolar, apa
yang terjadi? Enggak ada," ucapnya. [dhn]