WahanaNews.co | Terlibat duel bernilai 150 juta
rupiah dengan Dewa Kipas, pecatur putri Indonesia bertitel Grand Master (GM),
Irene Kharisma Sukandar, menepis label mata duitan yang dituduhkan kepadanya.
Duel
yang dinanti-nantikan warganet itu akhirnya memang bakal terlaksana.
Baca Juga:
Dosen UI Ade Armando Tantang Sekjen PAN soal Tuduhan Penodaan Agama
Dewa
Kipas, akun yang menjadi buah bibir jagat catur virtual Chess.com via tingkat akurasi langkah di luar nalar, bersedia
membuktikan kapasitasnya di dunia nyata dengan duel melawan GM Irene Sukandar.
Duel
bernilai hadiah total 150 juta rupiah yang difasilitasi oleh Deddy Corbuzier
itu akan digelar pada Senin (22/3/2021) pukul 15.00 WIB.
"Kalah
menang dapat semuanya," kata Deddy Corbuzier, memastikan bahwa dua pecatur yang
terlibat pasti bakal pulang dengan kantong tebal.
Baca Juga:
Duel GM Irene Sukandar vs Dewa Kipas, Pembuktian "Si Pendekar Komik"
Nominal
total hadiah itu sempat menimbulkan tuduhan tak sedap buat GM Irene Sukandar.
Tak
sedikit warganet menginterpretasikan ujaran pecatur kelahiran 1992 tersebut di
siniar alias podcast bareng Deddy
Corbuzier pada Jumat (19/3/2021) silam sebagai bentuk sikap mata duitan.
"Misalkan
dari mas Deddy mau mensponsori dan jumlahnya pas, oke," kata Irene Sukandar, ketika
ditanya soal kesediaan bermain dalam duel pembuktian melawan Dewa Kipas.
Mengenai
hal tersebut, pada hari yang sama, Irene Sukandar segera memberikan penjelasan
lebih lanjut via kanal YouTube
pribadinya.
Menurut
Irene Sukandar, ujaran terkait bayaran dalam siniar bersama Deddy Corbuzier
justru menjelaskan statusnya sebagai seorang pecatur profesional.
"Catur
adalah profesi saya. Saya menginginkan adanya apresiasi. Misal penyanyi
profesional jika diminta menyanyi di suatu tempat, pasti akan meminta hadiah
atau bayaran, begitu juga pecatur profesional, itu di satu ranah yang sama,"
kata Irene Sukandar.
Irene
Sukandar lantas mengambil gelaran Indonesia Open Chess 2013 sebagai jalan
penjelasan.
Menurut
Irene, lumrah bagi seorang pecatur, apalagi dengan titel Grand Master, untuk
mendapatkan insentif yang layak.
Keberadaan
pecatur bertitel Grand Master secara langsung akan mendongkrak prestise sebuah
ajang.
Gengsi
ajang catur internasional, Indonesia Open Chess 2013, juga terangkat berkat
kehadiran nama-nama besar Grand Master dunia, semodel Nigel Short (Inggris),
Aleksandr Moiseenko (Ukraina), Hoang Thanh Trang (Hongaria), serta Antoaneta
Stefanova (Bulgaria), yang tentu tidak datang secara gratisan.
Fakta
tersebut justru menjadi bukti bahwa catur bisa menghidupi.
Irene
yang mengaku butuh berjuang selama 9 tahun demi mendapat titel Grand Master,
berkata bahwa berkarier di dunia catur menjanjikan prospek yang cerah.
Ia
mantap menepis anggapan yang menyebut bahwa catur tidak menghasilkan.
"Catur
sebenarnya cukup menjanjikan. Kalau misalnya stigma soal catur tidak ada
uangnya didengar oleh generasi penerus, teman-teman di level junior, atau
anak-anak yang sedang berlatih catur, hal ini menjadikan mereka tidak memiliki
motivasi lagi," kata Irene, yang berkat catur bisa mendapatkan beasiswa penuh saat
kuliah. [dhn]