WahanaNews.co | Gelandang Timnas Italia, Jorginho, mengaku kegagalan Gli Azurri lolos ke Piala Dunia 2022 bakal menghantuinya sepanjang hidup.
Bertandingan melawan Makedonia Utara di Stadion Benzo Barbera, Palermo, Jumat (25/3/2022), Italia kalah dengan skor tipis 0-1.
Baca Juga:
Swiss Menang Lawan Italia di Babak 16 Besar, Skor 2-0
Gol semata wayang Makedonia Utara dicetak oleh Aleksandar Trajkovski pada menit 90+2.
Padahal, selama 90 menit lebih laga berlangsung, Italia tampil begitu dominan.
Selain memiliki catatan 66 persen penguasaan bola, Gli Azzurri juga menciptakan 32 peluang. Sementara Makedonia hanya membuat 4 tembakan sepanjang pertandingan berlangsung.
Baca Juga:
Panglima TNI Kunjungi Kepala Staf Pertahanan Itali
Ini merupakan hasil yang mengejutkan, mengingat beberapa bulan yang lalu Italia sanggup memenangkan gelaran Euro 2020.
Lain itu, sebelum dikalahkan Makedonia, Italia juga memegang rekor tidak terkalahkan dari 59 laga kandang.
Kegagalan ini menjadi pukulan telak bagi federasi sepak bola Italia. Pasalnya, ini merupakan kegagalan kedua beruntun Italia lolos ke Piala Dunia.
“Sulit untuk menjelaskan apa yang terjadi,” kata Jorginho kepada RAI Sport sambil menangis.
"Itu sangat menyakitkan. Saya akan jujur, saya masih tidak percaya. Saya tidak berpikir kami kekurangan kreativitas, karena kami selalu mendominasi pertandingan dan menciptakan begitu banyak peluang. Sayangnya, kami tidak dapat menghabisi mereka."
“Kami memainkan sepakbola yang bagus, kami memenangkan Kejuaraan Eropa musim panas lalu, tetapi sayangnya dalam beberapa pertandingan terakhir kami membuat kesalahan kecil dan tidak dapat pulih darinya. Mereka membuat perbedaan,” imbuhnya.
Italia gagal lolos otomatis ke Piala Dunia 2022 setelah hanya mampu finis sebagai runner up di fase kualifikasi.
Sementara itu, kesalahan kecil yang disebut Jorginho adalah kegagalan dua eksekusi penalti yang diambilnya kala melawan Swiss di babak kualifikasi.
Kegagalan dua penalti tersebut memang menjadi salah satu faktor utama Italia finis sebagai runner up grup di bawah Swiss.
“Rasanya menyakitkan ketika saya memikirkannya, karena saya masih memikirkannya dan itu akan menghantui saya selama sisa hidup saya," sambung gelandang kelahiran Brasil.
"Melangkah ke sana dua kali dan tidak dapat membantu tim Anda dan negara Anda adalah sesuatu yang akan saya bawa selamanya, dan itu membebani saya."
“Orang-orang mengatakan kami perlu mengangkat kepala dan melanjutkan, tapi itu sulit,” tandasnya. [qnt]