"Di kompetisi nasional semua orang memakai apa yang disebut
singlet. Ini adalah setelan ketat dan harus dipotong di atas lutut dan siku.
Pakaian tersebut jelas tidak menutup aurat," kata Kulsoom Abdullah seperti
dikutip dari Buzz.
Dalam olahraga angkat besi, para atlet mengenakan singlet
untuk memperlihatkan bagian lutut dan siku. Hal ini bertujuan agar wasit bisa
melihat kompetitor tidak menekuk siku, berdiri tegak, dan juga memastikan bahwa
tidak ada perlengkapan yang dipakai untuk membantu meningkatkan kinerja atlet.
Baca Juga:
Persiapan Kota Pontianak sebagai Tuan Rumah Kejuaraan Nasional Angkat Besi 2024
Dari kondisi itu, Kulsoom pun akhirnya mengajukan permintaan
untuk mengubah aturan berpakaian yang memungkinkannya mengenakan hijab. Namun,
USA Weightlifting menolak permintaannya karena mereka adalah perusahaan swasta
dan mengatakan harus membawa masalah ini ke Federasi Angkat Besi Internasional
(IWF).
Lalu, penolakan yang dihadapi Kulsoom itu mendapatkan
perhatian dari media nasional dan internasional. Bahkan, ia juga sempat
menggelar konferensi pers dengan bantuan Dewan Hubungan Amerika-Silam, hingga
akhirnya membuat IWF meninjau kasusnya.
"Anda tahu itu sangat menakutkan menjadi orang pertama yang
melakukan ini. Saya berharap bahwa itu awalnya tidak akan menjadi masalah besar
dan mereka akan mengakomodasi keinginan saya, tetapi kemudian masalah ini
menjadi besar ketika banyak media yang meliput cerita saya," tambahnya.
Baca Juga:
Kakek Terkuat di Dunia: Pecahkan Rekor Angkat Besi di Usia 86 Tahun
Mengubah Sejarah
Kepada IWF, Kulsoom berargumen bahwa pakaiannya tidak akan
memengaruhi wasit dalam memberikan penilaian. IWF kemudian setuju dan
mengizinkan perempuan kelahiran 1976 itu mengenakan hijab dan pakaian lengan
panjangnya di kompetisi internasional dan nasional.