WahanaNews.co | Awalnya, ada sebuah tim yang butuh kemenangan dengan selisih 18 gol untuk bisa promosi ke Divisi Dua.
Ternyata, peluang nyaris mustahil itu berhasil mereka tembus dengan mencetak kemenangan besar 59-1, dengan 41 gol di antaranya muncul dari bunuh diri lawan.
Baca Juga:
Satgas Antimafia Bola Polri Kembali Tetapkan 2 Tersangka Pengaturan Skor di Liga 2
Kisah “aneh tapi nyata” itu muncul dari dunia sepakbola di Afrika Selatan.
Fakta di luar nalar itu tentu saja membuat otoritas tertinggi sepakbola Afrika Selatan tak membutuhkan investigasi yang detail untuk memastikan terjadinya match-fixing alias pengaturan skor.
Adalah Matiyasi FC, klub yang tengah membutuhkan keajaiban agar bisa promosi ke ABC Motsepe League (kasta kedua di Liga Sepakbola Afrika Selatan).
Baca Juga:
Granit Xhaka Diduga Terjerat Kasus Judi dengan Mafia “Match Fixing”
Mereka menempati peringkat ketiga klasemen dengan selisih gol yang sangat inferior dibandingkan dua tim di atasnya.
Hanya kemenangan sangat masif yang bisa membuat Matiyasi FC naik kasta.
Matiyasi FC membutuhkan kemenangan dengan margin 18 gol.
Namun, ada hal luar biasa terjadi saat melawan Nsami Mighty Birds, karena gol yang terjadi betul-betul di luar kontrol.
Matiyasi FC menang dengan skor 59-1, dan 41 gol dalam laga itu dihasilkan lewat bunuh diri lawan.
Seketika, otoritas pengawas sepakbola Afrika Selatan turun tangan untuk menyelidiki laga yang berakhir dengan skor tak masuk akal ini.
Sudah bisa diduga, kesimpulannya adalah bahwa ada pengaturan skor dalam pertandingan tersebut.
Alhasil, dua klub yang terlibat dalam pertandingan itu mendapat hukuman tak boleh berkompetisi seumur hidup.
Ternyata, bukan hanya Matiyasi FC dan Nsami yang bermain "kotor".
Pertandingan lainnya pun, yang melibatkan tim yang berjuang promosi, memiliki kisah aneh serupa yang jelas terindikasi ada pengaturan skor.
Shivulani Dangerous Tigers, yang memiliki poin sama seperti Matiyasi FC tetapi unggul selisih gol, mengakhiri pertandingan dengan kemenangan mencolok 33-1 atas Kototo Happy Boys.
Tujuh dari total gol yang bersarang tersebut lahir dari bunuh diri pemain Kototo.
Seperti nasib Matiyasi FC dan Nsami, Shivulani dan Kototo pun akhirnya mendapat hukuman tak boleh berkompetisi seumur hidup. [gun]