WahanaNews.co | Leicester City bersuka cita. Untuk kali pertama dalam lima
kesempatan di final, The Foxes akhirnya menjuarai Piala FA.
Momen bersejarah ini tercipta di
Stadion Wembley, Minggu (16/5/2021) dini
hari WIB.
Baca Juga:
Liverpool Juara Piala FA 2021/2022
Personel Leicester dan para penggemar
bersorak merayakan kegembiraan. Mirip seperti saat mereka menjuarai
Liga Primer Inggris pada 2016.
Saat perayaan di atas lapangan itulah,
dua personel The Foxes, Hamza
Choudhury dan Wesley Fofana, menyita perhatian dunia.
Keduanya menunjukkan aksi solidaritas
terhadap Palestina yang tengah digempur oleh Israel.
Baca Juga:
Sengit, Final Piala FA: Chelsea vs Liverpool Lanjut ke Perpanjangan Waktu
Selepas momen perayaan angkat trofi
Piala FA, Choudhury dan Fofana tertangkap kamera sedang membentangkan bendera
Palestina.
Keduanya seperti menjadi penyambung
lidah warga Palestina yang berada dalam ketakutan dan ancaman bom dari pihak
Israel di Gaza, Palestina.
Mereka menyampaikan pesan dengan
perbuatan, tanpa perlu berbicara.
Choudhury dan Fofana jadi satu dari
sekian banyak pesohor lintas bidang yang menggelar protes terhadap pengeboman
dan tindakan diskriminasi oleh tentara Israel di Gaza, akhir pekan lalu.
Serangan tersebut jadi peningkatan
ketegangan paling parah di kawasan Jalur Gaza sejak 2014 silam.
Sebagian
masyarakat dunia menentang serta mengutuk perbuatan Israel terhadap masyarakat
Palestina.
Sebagaimana dilansir Times of Israel, Minggu (16/5/2021), puluhan
ribu pengunjuk rasa di belahan dunia melakukan aksi dukungan.
Kota-kota besar di Eropa, seperti London, Berlin, Madrid, dan Paris, menuntut
pihak Israel menghentikan serangan mereka.
Sikap itu yang juga ditunjukan secara
langsung oleh Choudhury dan Fofana.
Choudhury merupakan eks pemain timnas
Inggris U-21 yang dibesarkan dalam keluarga Bengali Muslim.
Adapun Fofana mantan pemain timnas
Prancis U-21, yang berasal dari keluarga Muslim Mali.
Pemain tengah bernama lengkap Hamza
Dewan Choudhury memiliki darah asli Bangladesh.
Saat itu, sang ibu, Rafia, memutuskan untuk membawa Choudhury
kecil, berusia 5 tahun, bertarung nasib di negeri Ratu Elizabeth.
Selama 17 tahun berlalu, karier sepak
bola Choudhury meningkat dan ia kini mengenakan kostum salah satu tim papan
atas Liga Primer Inggris, Leicester City.
"Beberapa kenangan masa kecil
saya adalah tentang Bangladesh. Berada di sana, hanya bisa melakukan apa yang
Anda inginkan," kata Choudhury, dilansir BBC Sport, beberapa waktu lalu.
Tak hanya dari aspek atletis Choudhury
layak dipuji.
Menyoal urusan keyakinan, pesepakbola berambut kribo tersebut juga begitu dekat dengan ilmu-ilmu
Islam, kepercayaan yang memang dianut olehnya sejak lahir.
"Tak hanya keluarga, dan sepak
bola. Ajaran Islam juga penting dalam kehidupan saya. Saya dan adik perempuan
saya biasa pergi dan belajar agama (Islam), kami pun sering membaca
Al-Quran," sambung dia.
Baginya, tumbuh di kota multikultural
seperti Leicester, merupakan rasa syukur yang sangat besar.
Ia merasa berterima kasih kepada
masyarakat yang selalu memberikan dukungan dan sikap toleransi yang besar untuk
menjalankan keyakinannya sebagai pemeluk agama Islam.
Sementara itu, Wesley Fofana memang
salah satu pemain Muslim di Liga Inggris yang dikenal cukup taat beribadah.
Meski memiliki jadwal pertandingan
cukup padat, Muslim asal Prancis ini berusaha tidak pernah meninggalkan
kewajibannya.
Bahkan, performanya pada saat bulan
Ramadhan kemarin tetap stabil dan tidak pernah sampai terganggu karena puasa.
Manajer Leicester City, Brendan Rodgers, mengakui itu.
Mantan pelatih Liverpool ini memuji
penampilan Fofana selama Ramadhan.
"Luar biasa. Fofana menahan makan
dan minum, dan dia masih tetap bisa tampil dalam level tertinggi," kata
Rodgers, beberapa waktu lalu.
Wesley Fofana lahir di Marseille,
Prancis, pada 17 Desember 2000.
Dia mewarisi darah Mali dari
keluarganya.
Seperti diketahui, Mali merupakan negara di Afrika dengan mayoritas penduduk
beragama Islam.
Dari sana pula, lahir banyak pemain
muslim berbakat, seperti Frederic Kanoute, Seydou Keita, hingga Mahamadou
Diarra.
Liga Inggris memang salah satu liga
dengan pesepak bola Muslim terbanyak. Sebagian di antaranya
bermain di klub-klub besar.
Mayoritas pemain ini dikenal taat
menjalankan ibadah.
Mereka juga tak segan menunjukkan
identitas dan kebiasaan mereka sebagai Muslim.
Di samping ekspresi selebrasi sujud
Mohamed Salah, toleransi tentang antarumat beragama di dalam lapangan hijau
sepak bola Inggris dinilai tak mengenal batas dan ruang.
Di sisi lain, beberapa pesepak bola
muslim tersohor layaknya Mohamed Elneny dari Arsenal, dan Paul Pogba Manchester
United (MU), tak segan menunjukkan dukungannya.
"Hatiku dan jiwaku hancur.
Dukunganku untukmu Palestina," tulis Elneny, di akun Twitter pribadinya.
Pernyataan paling menohok dilontarkan
mantan penyerang timnas Mali dan Tottenham Hotspur, Frederic Kanoute.
Dirinya menyinggung soal kebijakan
para pemimpin dunia untuk menetralisir aksi biadab tersebut.
"Apartheid terus berlanjut dan
orang-orang Palestina diusir dari rumah sementara sebagian besar pemimpin
memilih untuk bungkam," tulis Kanoute dalam akun Twitter pribadinya.
Sebelumnya, Salah dalam cicitannya
meminta PM Inggris untuk bisa membantu menyelesaikan masalah kemanusiaan di
Palestina. [qnt]