Oleh KAMIM ROHENER
Baca Juga:
Tayang di Netflix 20 Juli 2024, Mike Tyson Bakal Duel dengan Youtuber Jake Paul
MIKE Tyson, mantan petinju legendaris dan kontroversial yang hari ini jadi trending topik di mesin pencari Google, tiba-tiba mengingatkan bangku kuliah saya di daerah langganan banjir, Bale Endah, Bandung, 1990.
Mike Tyson memberikan pernyataan yang menggegerkan, jika ia mencoba mengkonsumsi racun katak (Toad Venom) dengan cara dihisap, karena ia berani melakukannya.
Baca Juga:
Naik Pitam, Mike Tyson Ancam Canelo jika Berani Sentuh Lionel Messi
Tyson merasa seperti meninggal selama beberapa saat setelah menghisap racun katak tersebut dan menyebut kematian terasa indah.
"Saya melakukannya karena berani. Saya menggunakan obat-obatan berat seperti kokain, jadi mengapa tidak merasakan (Toad Venom)?" kata Tyson, seperti dikutip dari New York Post, Kamis (18/11/2021).
Ucapan Tyson ini tentu langsung menjadi topik teratas saat ia mengaku “meninggal” ketika pertama kali mencoba racun katak berjenis Bufo Alvarius alias katak gurun sonora.
"Sebelum saya melakukannya, saya adalah seorang yang hancur. Lawan terberat yang pernah saya hadapi adalah diri saya sendiri. Saya memiliki harga diri yang rendah," kata pria berusia 55 tahun.
Mike Tyson pula yang membuat saya tergerus dari hobi nonton dan menikmati sebuah pertarungan tinju kelas dunia.
Karena di mata saya, si leher beton itu tidak memainkan gaya menari kupu-kupu seperti halnya Muhammad Ali, tapi langsung brutal mengkanvaskan lawan pada ronde-ronde awal.
Ini yang membuat saya merasa pegel setelah lama menunggu lonceng pertandingan yang ditunggu, duduk lama depan chanel TVRI dan sudah mengorbankan aktivitas lainnya, tapi ahirnya hanya disuguhi 1-3 ronde tinju dan tuntas.
Membayangkan lagi Mike Tyson dan karir tinjunya, saya jadi teringat Yukie H Rushdie, sobat kuliah yang pernah menyandang wartawan olahraga di harian Pikiran Rakyat.
Teringat bagaimana saya harus berdebat dengan pilihan topik utama untuk terbitan perdana majalah kampus yang masih dicetak hitam-putih, awal 1990-an.
Yukie tetap bersikukuh pertarungan tinju Mike Tyson versus James “Buster” Douglas, dengan penulisan judul “Tyson Bakal di-KO Douglas”, tanpa menyematkan diksi “diprediksi”.
Awalnya, saya mengira pilihan sobat ini hanya semata klik bait, atau judul provokator belaka, sebab pada saat itu publik dunia paham benar Mike Tyson sedang berada dalam puncak karir, dan masih berusia 23 tahun.
Rasanya bandar taruhan sekalipun tak ada yang menjagokan Douglas bakal memenangi pertarungan lawan si leher beton kala itu.
Namun Yukie tetap ngotot dan memaparkan alasan kenapa Tyson diprediksi kalah lawan James “Buster” Douglas.
Yukie melihatnya Mike Tyson saat itu terlena dengan euforia juara dunia dan hidup mabuk-mabukan, minim persiapan, terganggu masalah kehidupan pribadi, juga terlampau menganggap enteng Douglas.
Kebalikannya, Douglas punya motivasi kuat karena baru dalam suasana duka kepergian ibunya.
Douglas kehilangan ibunya karena sakit.
Lalu, ibu dari anak Douglas yang saat itu berusia 11 tahun juga menderita sakit parah.
Tim redaksi pemula dari sebuah majalah kampus itu lalu menerima argumentasi Yukie, sambil tetap berharap Douglas bisa menang dari Tyson.
Sebuah berita dengan Headline di-cover majalah kampus pun terbit: “Tyson Bakal di-KO James Buster Douglas”!
Namun, tetap saja, menurut saya saat itu seorang Mike Tyson telah menjadi raksasa baru di dunia tinju.
Dengan rekor 37 kali menang tanpa sekali pun kalah, Tyson juga digadang-gadang sebagai calon petinju kelas berat terbaik sepanjang sejarah, bahkan mengalahkan Muhammad Ali, meskipun saya kurang demen.
Douglas, dengan rekor 29-4-1 (19 KO), tentu dianggap lawan yang tidak seimbang.
Apalagi Douglas juga sempat dipertanyakan karena ia pernah undur diri dari laga melawan Tony Tucker pada 1987.
Saking tidak imbangnya, waktu itu kabarnya hanya ada satu kasino di Las Vegas yang mau menerima taruhan untuk laga tersebut.
Bagi promotor Tyson saat itu, Don King, pertarungan melawan Douglas juga sebenarnya hanya dianggap sebagai cara mudah untuk mengumpulkan pundi-pundi uang sebesar US$ 6 juta.
Petinju berusia 29 tahun yang sering dipanggil dengan julukan “Buster” itu dianggap bukan siapa-siapa dan tidak membahayakan karier si Leher Beton.
Apalagi Tyson juga sudah memiliki kesepakatan untuk bertarung dengan Evander Holyfield pada musim panas selanjutnya di Atlantic City di New Jersey, sebagai pertarungan Tyson sebenarnya.
Dan pertandingan besar dalam sejarah tinju itu, yang digelar di Tokyo, Jepang, pada 11 Februari 1990, terjadi hasil yang sangat mengejutkan dunia.
Tyson, yang diunggulkan 42 banding 1, kalah oleh petinju underdog, James “Buster” Douglas, di ronde kesepuluh.
Douglas tampil sebagai petinju yang lebih segar dengan pukulan yang lebih keras dan lebih akurat.
Di akhir ronde kelima, mata kiri Tyson telah lebam dan bengkak.
Tyson sebenarnya sempat menganvaskan Douglas di ronde kedelapan dengan uppercut kanannya.
Douglas kemudian bangkit dan tampil menggila di ronde setelahnya.
Dua ronde berikutnya, Tyson dan Douglas saling hujam pukulan.
Souglas lalu meningkatkan serangannya.
Bahkan, ia dua kali memaksa Tyson untuk bersandar pada ring.
Dengan kaki dan kesadaran yang nyaris goyah, tanpa ring tersebut Tyson mungkin sudah jatuh terlebih dahulu.
Douglas “menggoda” Tyson dengan jab-jab tangan kirinya.
Douglas lalu mundur satu langkah dan kembali memberikan jab ringan dengan tangan kirinya.
Douglas lalu dengan cepat mengirimkan uppercut kanan keras yang menghantam rahang Tyson dan membuat kaki Tyson goyah.
Serangan beruntun Douglas yang diakhiri dengan satu jab tangan kiri lalu membuat Tyson tersungkur.
Setelah itu, majalah kampus kami mendadak geger dan banjir order dadakan dari kampus negeri dan swasta di Kota Bandung, meski oplah yang dicetak tidak memenuhi jumlah pesanan.
Semua gegara Tyson kalah KO dari Douglas.
Nasib Tyson pun mengalami perubahan paling besar.
Pasca Douglas, Tyson hanya sempat menjalani empat pertarungan tambahan sebelum masuk penjara karena memerkosa Desiree Washington, seorang ratu kecantikan.
Tampaknya, jab tangan kiri Douglas memang telah menjatuhkan Tyson dari puncak dunia. (Kamim Rohener, Pemimpin Redaksi BantenTribun.com)-dhn