WahanaNews.co | Balon China yang ditembak jatuh di atas Amerika Serikat (AS) disebut bisa menangkap citra dan mengumpulkan sinyal intelijen ke Beijing.
Melansir CNNIndonesia, Selasa (4/4/2023) menurut seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada CNN, balon yang sempat terbang di wilayah udara AS itu bisa mengirim data intelijen secara realtime atau waktu aktual.
Baca Juga:
'Perang Sunyi' Lawan Beijing: Barat Tertatih-tatih Hadapi Spionase China
Namun, pemerintah AS masih belum mengetahui secara pasti apakah pemerintah China dapat menghapus data balon tersebut saat menerimanya. Hal itu menimbulkan pertanyaan soal keberadaan data intelijen yang bisa dikumpulkan oleh balon itu yang masih belum diketahui AS.
Namun demikian, komunitas intelijen belum terlalu khawatir tentang informasi yang dapat dikumpulkan oleh balon mata-mata itu. Pasalnya, balon itu tidak jauh lebih canggih daripada satelit China yang mengorbit di lokasi yang sama.
Seorang pejabat intelijen AS mengatakan, Senin (3/4), "meskipun analisis reruntuhan balon mata-mata masih berlangsung, sejauh ini, penerbangannya di atas Amerika Serikat tampaknya tidak memberikan wawasan baru yang kritis kepada Republik Rakyat China."
Baca Juga:
Insiden Balon Udara Meledak di Ponorogo, Polisi Sebut Masuk Ranah Pidana
Komunitas intelijen AS tahun lalu mengembangkan metode untuk melacak apa yang dinamakan sebagai armada balon China yang beroperasi di seluruh dunia yang dikendalikan oleh militer negara tersebut.
Biro Investigasi Federal AS (FBI) masih memeriksa balon tersebut. Namun sejauh ini para pejabat sudah memperoleh informasi tambahan tentang cara kerja perangkat tersebut, termasuk algoritma yang digunakan untuk perangkat lunak balon dan cara pengoperasian serta desain.
Balon pengintai diduga milik China pertama kali melintasi wilayah udara AS di atas Alaska pada akhir Januari sebelum melewati Kanada dan turun ke Montana.
Balon mata-mata itu terbang selama beberapa hari, membuat AS percaya bahwa balon sedang mengawasi situs militer yang sensitif, seperti Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom di Montana.
Balon mata-mata itu akhirnya ditembak jatuh oleh AS di lepas Pantai Timur pada 4 Februari, dan insiden itu semakin meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing, termasuk penundaan kunjungan diplomatik Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan pada Februari bahwa ketika balon melayang melintasi AS, ia "mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen".
China mengklaim perangkat itu sebenarnya hanya balon cuaca yang keluar jalur. Namun, AS tetap menuding bahwa balon itu sengaja diarahkan ke daratan AS oleh pemerintah China. [tum/cnnindonesia]