WahanaNews.co | Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar survei makroseismik dalam upaya pemetaan dampak pascagempa magnitudo 6 yang terjadi di Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
"Survei makroseismik merupakan pemetaan dampak akibat gempa bumi, yang kemudian dilakukan validasi dengan shakemap modelling," kata Plt. Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Muzli, dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Rabu (5/10/2022).
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Selain itu dilakukan juga pengamatan mikroseismik, yaitu identifikasi struktur lokal tanah permukaan pada area berdampak dan tidak berdampak untuk mengetahui kemungkinan faktor dampak yang diakibatkan oleh side effects atau efek samping.
Analisis itu dilakukan dengan perekaman ambient noise menggunakan sensor portable pada titik titik survei yang mewakili lokasi survei gempa di sekitar gempa utama dan susulannya.
Data ambient noise tersebut diolah dengan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) sebelum dilakukan interpretasi klasifikasi jenis struktur tanah permukaan untuk mengetahui info karakteristik medium respon tanah lokal terkait bahaya getaran gempa bumi.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Deputi Bidang Geofisika, Suko Prayitno Adi, mengatakan kondisi pascagempa Tapanuli Utara masih terjadi dengan skala magnitude yang kecil, maka BMKG terus mendorong aksi cepat tepat BMKG, dengan melakukan survei makroseismik.
Suko menambahkan, saat ini gempa susulan yang tercatat, 119 kejadian dan 15 kejadian gempa bumi yang dirasakan pada update 5 Oktober 2022, pukul 10.00 WIB.
Pertambahan frekuensi gempa susulan mendorong kolaborasi dalam Tim survei makroseismik yang terdiri dari tim gabungan yaitu BMKG Pusat, Balai Besar MKG Wilayah I (PGR 1), BMKG Geofisika Tuntungan (TSI), BMKG Geofisika Padang Panjang (PPI) dan Stasiun Meteorologi Silangit.