“Gelombang yang lebih besar kemungkinan telah terjadi sepanjang sejarah Bumi, sebagaimana dibuktikan oleh endapan geologis, meskipun ini dapat diinterpretasikan,” katanya.
Fritz adalah penulis utama studi tahun 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Pure and Applied Geophysics.
Baca Juga:
Tsunami Dahsyat 1674 di Ambon: BMKG Ingatkan Ancaman yang Masih Mengintai
Dia menggunakan tangki laboratorium skala 1:675 khusus untuk mereplikasi tsunami Teluk Lituya.
Longsor yang menghasilkan tsunami membawa sekitar 1,1 miliar kaki kubik (30 juta meter kubik) batu ke Teluk Lituya.
Teluk Lituya adalah fjord atau teluk pantai yang panjang dan sempit dengan dinding curam yang dibentuk oleh gletser kuno.
Baca Juga:
Gempa 6.8 M di Jepang, Ini Penjelasan BMKG Soal Dampaknya di Indonesia
Pada titik terlebarnya, teluk ini memiliki panjang sekitar 9 mil (14,5 kilometer) dan lebar 2 mil (3,2 kilometer).
Teluk memiliki kedalaman maksimum 722 kaki (220 meter) dan bukaan selebar 984 kaki (300 meter) yang menghubungkannya ke Teluk Alaska.
Menurut Fritz, jenis gelombang dahsyat ini disebut sebagai megatsunami, sebuah kata yang dikembangkan oleh media untuk menggambarkan gelombang luar biasa besar yang dipicu oleh tanah longsor atau runtuhnya pulau vulkanik. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.